Bacaini.id, KEDIRI – Perayaan Hari Raya Galungan tahun ini bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan. Di Indonesia, perayaan Galungan dilakukan mayoritas umat Hindu di Bali.
Hari Raya Galungan dilakukan dalam rangka memperingati kemenangan dharma (kebaikan) atas adharma (keburukan) setiap 210 hari sekali berdasarkan perhitungan wuku di Bali. Perhitungan wuku digunakan untuk menentukan hari baik dan hari buruk.
Pada perayaan Galungan terdapat serangkaian upacara yang cukup panjang. Bahkan sejak 35 hari sebelum hari raya tiba, masyarakat Bali sudah melakukan upacara yang dinamakan Tumpek Pengatag. Mereka melakukan doa di kebun masing-masing agar hasil perkebunan bagus.
Selanjutnya, upacara dilakukan 6 hari sebelum hari raya yang dinamakan Sugihan Jawa. Upacara dilakukan dengan membersihkan pura. Selanjutnya umat Hindu melakukan sembahyang untuk membersihkan dan mensucikan diri.
Tiga hari sebelum Galungan, umumnya masyarakat Hindu Bali serentak membuat tapai, kue dan juga sesajen. Rangkaian upacara selanjutnya dilakukan pada H-2 dengan memasang dekorasi penjor di halaman rumah dan di sepanjang jalan.
Penjor adalah bambu yang dilengkungkan dan dihias sedemikian rupa. Penjor sebagai lambang dari alam sehingga di dalamnya diisi buah-buahan, padi dan hasil pertanian dan perkebunan yang telah didoakan pada rangkaian upacara sebelumnya.
Satu hari sebelum Galungan, umat Hindu Bali akan mempersiapkan daging untuk upacara perayaan esok harinya. Persiapan itu disebut dengan Hari Penampahan. Daging yang digunakan biasanya daging ayam, itik dan daging babi untuk sajian pertama yaitu sate.
Hari Suci Galungan diperingati dengan melakukan sembahyang di setiap Pura yang ada mulai pukul tujuh pagi. Biasanya mereka menetapkan pura mana saja yang akan dikunjungi bersama-sama.
Minimal, umat Hindu Bali harus melakukan sembahyang di tiga pura, kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi pura yang ada di desa masing-masing.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW