Bacaini.id, KEDIRI – Miris, itulah ungkapan yang mewakili kehidupan Vita, bocah 11 tahun di Desa Pranggang, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten Kediri. Di usianya yang kanak-kanak, dia harus merawat kakaknya yang berkebutuhan khusus seorang diri.
Vita dan Asri tinggal di sebuah rumah sederhana di Desa Pranggang. Vita berusia 11 tahun, sedangkan kakaknya Asri berumur 19 tahun. Sejak lahir Asri ditakdirkan menjadi anak berkebutuhan khusus. Dia tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain, termasuk makan dan mandi.
Celakanya, kondisi Vita juga tak sewajarnya anak seusianya. Di usianya 11 tahun, tak banyak kosakata yang dikuasai Vita. Sehari-hari bocah ini mengurung diri di dalam rumah bersama kakaknya. Menemani dan membantu kebutuhan kakaknya saat ditinggal ibunya bekerja.
Setiap hari Vita dan Asri tinggal bersama ibunya, Eka Lusiana, 48 tahun, yang bekerja di toko kacamata atau optic. Sejak berpisah dengan suaminya, Lastri tinggal bersama dua anaknya. Karena kondisi kedua anaknya yang seperti itu, Lastri meminta mereka tak keluar rumah. Ini membuat tak banyak warga sekitar yang mengetahui kondisi mereka selama ini.
Keadaan Vita dan Astri baru terkuak saat Lastri menderita Covid 19. Karena harus dirawat di rumah sakit, dia terpaksa menitipkan anak-anaknya kepada tetangga. “Menurut tetangga sekitar, keluarga Bu Lusi memang tertutup. Beliau jarang bersosialisasi dengan warga, begitu juga dengan Asri dan Vita,” kata Luluk, Kepala Dusun Pranggang, kepada Bacaini.id, Sabtu 4 September 2021.
Saat pertama kali dijenguk warga, kondisi Vita dan Asri cukup memprihatinkan. Keduanya sangat tertutup dan tak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Bahkan hanya Vita yang bisa memahami keinginan Asri, kakaknya.
“Kondisi Asri, kakaknya, lebih parah dari pada Vita. Mereka juga tidak terbiasa berkomunikasi dengan orang yang tidak dikenal. Sejak saat itu mereka dibantu dan dirawat oleh relawan desa,” jelas Luluk.
Relawan desa ini adalah ibu-ibu Desa Pranggang yang selama ini membantu warga isoman. Tim ini sering mengunjungi rumah Asri dan Vita untuk mengantar makanan. Termasuk membersihkan rumah yang terbengkalai ditinggal ibu mereka di rumah sakit.
Juara Indrawati, seorang relawan desa yang sering membantu mereka mengaku sempat kesulitan saat pertama kali berkomunikasi. Kakak adik itu terlihat pemalu dan takut saat didekati orang asing. “Asri sama sekali tidak bisa berbicara, dia hanya senyum setiap kali diajak berbicara. Sedangkan Vita masih bisa berkomunikasi walaupun tidak lancar,” kata Indrawati.
Pertumbuhan Vita menjadi lambat karena jarang berkomunikasi dengan orang lain. Selama ini dia hanya berdiam di rumah bersama kakaknya. Bahkan Asri hanya bisa memahami apa yang disampaikan Vita.
Karena ketelatenan para relawan, Asri dan Vita bisa menerima orang lain untuk membantu mereka. Terkadang Indrawati juga mengajak Vita berjalan-jalan keluar rumah. Dia juga memfasilitasi Vita untuk melakukan video call dengan ibunya di rumah sakit. “Dia sangat senang melihat ibunya,” kata Indrawati.

Sayang memontum itu tak berakhir bahagia. Ibu mereka meninggal dunia di rumah sakit setelah terpapar Covid 19. Peristiwa ini memukul perasaan Vita yang terus menanti kepulangan ibunya untuk membantu merawat sang kakak.
Sejak kematian tersebut, para relawan desa bergantian mengunjungi Vita dan Asri. Tidak sekedar memberi makan, mereka juga membantu kakak beradik tersebut melakukan aktivitas harian. Seperti mandi, membersihkan rumah, hingga mencuci piring dan pakaian. Ini dilakukan agar mereka tidak bergantung pada orang lain.
Satu hal yang membuat Indrawati ternyuh adalah besarnya perhatian Vita kepada kakaknya. Vita bahkan tak mau meninggalkan kakaknya sendirian di rumah saat diajak jalan-jalan.
“Saat Vita saya ajak jalan-jalan, dia selalu kepikiran kakaknya. Dia selalu ingat dan bilang, Asri waktunya mandi, Asri waktunya makan, ayo pulang Asri sendirian,” kata Indrawati menirukan Vita.
Ayah Tuna Rungu
Misteri ayah Vita dan Asri terkuak ketika seorang pria datang ke rumah mereka setelah ibunya meninggal. Pria itu mengaku sebagai ayah Vita dan Asri. Selama ini dia tinggal di daerah lain.
“Vita sangat senang melihat bapaknya datang. Tetapi Asri tidak bisa mengenali,” kata Indrawati.
Namun harapan mereka untuk dirawat bapaknya tak bisa diluluskan. Sang ayah ternyata penderita tuna rungu dan hidup dalam keterbatasan ekonomi. Dia datang untuk melihat kondisi anaknya, dan berharap mereka bisa dirawat Dinas Sosial.
Saat ini Asri tinggal di rumah bersama bapaknya. Sedangkan Vita tinggal bersama Indrawati di rumahnya. Pemisahan ini dilakukan untuk menyelamatkan Vita agar bisa lebih berkembang. Selama hidup bersama kakaknya, pertumbuhan Vita cukup terhambat.
“Semoga suatu saat kehidupan mereka bisa lebih baik. Saya dan relawan lain tidak mungkin selamanya membantu mereka,” kata Indrawati.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: