Bacaini.ID, KEDIRI – Sebuah teori tentang cinta yang berkembang sejak era Yunani kuno menyatakan, seseorang hanya akan mengalami tiga kali jatuh cinta sepanjang hidupnya.
Racun panah cinta itu akan bekerja pada tiga tahap atau fase kehidupan yang berbeda dengan keunikan tersendiri satu sama lain.
Pada setiap masa jatuh cinta, seseorang akan mendapat pelajaran yang berbeda, dan itulah yang membentuk pribadi seseorang di masa kini.
The First Love, Cinta Pertama
Cinta pertama terasa seperti dongeng. Perasaan cinta yang sangat kuat yang dialami seseorang untuk pertama kalinya.
Seringkali, pengalaman cinta pertama ini begitu indah dan menumbuhkan keyakinan akan bertahan selamanya.
Biasanya ini terjadi pada masa remaja menuju dewasa, ketika seseorang berusia belasan tahun.
Cinta pertama ini walaupun terkesan mendalam namun sejatinya rapuh lantaran terjadi saat emosi belum matang.
Patah hati yang kemudian terjadi, juga merupakan pengalaman pertama yang akhirnya membuat lebih memahami hukum alam.
Tidak semua perasaan berbalas sama, atau tidak semua kisah cinta seindah novel romansa.
Hard Love, Cinta dan Pengorbanan
Jatuh cinta kedua kali terjadi ketika menginjak dewasa. Cinta kedua ini biasanya ‘keras’, penuh tantangan dan pengorbanan.
Hubungan yang pasang surut, dramatis, rasa cemburu, takut kehilangan, perasaan cinta yang begitu dalam. Bahkan seolah rela mengorbankan diri untuk cinta ini.
Di tahap cinta ini, seseorang akan membentuk pribadinya agar sesuai pasangannya.
Cinta ini terkadang menjadi toxic, namun juga dapat membentuk kepribadian seseorang menjadi lebih baik.
Patah hati dari hubungan ini bisa sangat menyakitkan, tetapi melalui patah hati seseorang benar-benar tumbuh, berubah, berkembang, menemukan kekuatan dan ketahanan batin yang tidak ada sebelumnya.
The Unconditional Love, Cinta tanpa Syarat
Setelah pulih dari patah hati karena cinta penuh drama, hard love, seseorang mulai menyembuhkan serta menumbuhkan cinta pada diri sendiri.
Pada fase kehidupan ini, datanglah cinta yang tak terduga. Cinta yang datang entah dari mana dan terasa benar-benar sempurna.
Tidak ada gimmick cinta, dan menemukan cinta ini serasa menemukan rumah yang nyaman untuk pulang.
Saling menerima apa adanya, menerima semua ketidaksempurnaan, dan semua baik buruk yang ada.
Cinta tanpa syarat ini membuat seseorang lebih menjadi diri sendiri daripada sebelumnya.
Perasaan cinta ini juga terus saling memberi inspirasi untuk menjadi versi terbaik bagi masing-masing.
Saat menghadapi masalah, dua orang yang berada dalam ikatan cinta tanpa syarat ini akan saling bekerja sama untuk mengatasinya.
Komitmen pada masa depan lebih jelas dan pasti. Cinta tanpa syarat menandai dimulainya kebersamaan yang awet dan tulus.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif