Bacaini.id, BATU – Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Timur menyebut ada 150 hektar hutan lindung di daerah hulu Sungai Brantas Kota Batu lenyap. Hal ini diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir bandang yang menewaskan tujuh orang, Kamis, 4 November 2021 lalu.
Ketua Walhi Jawa Timur, Purnawan D Negara mengatakan sebanyak 150 hektar hutan lindung telah beralih fungsi menjadi lahan pertanian, permukiman, hingga perhotelan. Bahkan lahan Ruang Terbuka Hijau di Kota Batu saat ini hanya tinggal 12 persen saja dari total wilayah.
”Jika merunut UU Nomor 26 Tahun 2007, pasal 29 ayat 2 tentang Tata Ruang, minimal luasan RTH dari total luas wilayahnya 30 persen,” ungkap Purnawan, Minggu, 7 November 2021.
Purnawan menambahkan, merujuk data citra satelit, dalam kurun waktu 20 tahun hutan primer di Kota Batu lenyap hingga 348 hektar. Dari luasan lahan hijau 6.034,62 hektar pada tahun 2012, telah menyusut menjadi 5.279,15 hektar pada tahun 2019.
Perubahan alih fungsi lahan besar-besaran terjadi di sepanjang hulu sungai di wilayah Tulungrejo hingga Sumberbrantas. Lahan itu telah berubah menjadi lahan produktif. Padahal fungsi awalnya menjadi bendungan alam.
Hal senada disampaikan Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan. Menurutnya perubahan alih fungsi lahan ini banyak terjadi di bagian barat Kota Batu. Akibatnya luasan sungai menyempit dan tutupan lahannya semakin berkurang.
”Saya perkirakan banjir bandang kemarin membawa material pasir, batu, tanah hingga kayu itu mencari jalan mengalir. Namun ada bagian tutupan lahan yang hilang,” jelas Raymond.
Penulis: A. Ulul
Editor: HTW
Tonton video:
Comments 1