KEDIRI – Water Torn atau tandon air yang terletak di kawasan Hutan Joyoboyo, Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Banjaran adalah salah satu bangunan bersejarah di Kota Kediri. Dibangun setelah era perang Diponegoro, bangunan itu masih berfungsi mensuplai kebutuhan air hingga sekarang.
Tak ada dokumentasi pasti kapan bangunan berbentuk kubus itu dibangun. Diperkirakan water torn sudah ada sebelum tahun 1912. “Berdasarkan beberapa dokumen foto, pada tahun 1912 water torn sudah berdiri,” kata Achmad Fachris, sejarahwan Kota Kediri kepada Bacaini.id, Jumat 22 Januari 2021.
Pendirian water torn, menurut Fachris diperkirakan setelah perang Diponegoro. Tandon air itu adalah salah satu infrastruktur yang dibangun Belanda di tempat itu, selain sarana penunjang ekonomi seperti Stasiun Besar Kediri dan Jembatan Lama (Brug Over Den Brantas Den Kediri).
Secara fungsional, water torn digunakan untuk menyimpan persediaan air minum atau air bersih, di mana saluran pipanya terhubung ke seluruh perumahan Belanda di barat dan timur Sungai Brantas. Menurut Fachris, perumahan Belanda banyak berada di barat sungai. Kawasan itu dihuni oleh kalangan pejabat dan keluarga Belanda yang memiliki jabatan atau kekayaan.
Selain memenuhi kebutuhan air bersih untuk keluarga bangsawan di barat sungai, water torn juga mengaliri perumahan Belanda di beberapa titik timur sungai. Seperti Jalan Diponegoro dan Jalan PK Bangsa.
“Kediri itu unik karena punya dua kota. Ada Kota Pribumi dan Kota Eropa. Pribumi di timur Sungai Brantas dan pejabat Belanda di barat sungai atau sering disebut Kota Eropa,” kata Fachris.
baca ini PG Meritjan Kediri Sempat Menjadi Pabrik Senjata Perang di Masa Penjajahan Jepang
Dengan demikian praktis bangunan water torn adalah sarana air bersih yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan keluarga Belanda dan pejabat.
Selain water torn, terdapat pula pemandian modern Kuwak yang dibangun di zaman kolonial. Sekarang jejak bangunan itu sudah tak terlihat karena tertutup bangunan baru Pemandian Tirtoyoso. Menurut Fachris, pemandian Kuwak merupakan pemandian modern di zaman itu.
Upaya melestarikan bangunan bersejarah water torn dilakukan Pemerintah Kota Kediri, dengan tidak mengubah bentuk dan fungsinya. Hingga kini bangunan itu tetap berfungsi sebagai tandon air yang mengaliri kebutuhan air bersih warga Kota Kediri.
Namun seiring pertumbuhan penduduk dan besarnya kebutuhan air masyarakat, pemerintah daerah melalui Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) membangun pompa-pompa air di sejumlah titik Kota Kediri. Saat ini terdapat 17 pompa yang memenuhi kebutuhan air bersih warga.
Water torn peninggalan Belanda hanya cukup memenuhi kebutuhan air warga di sekitarnya, seperti Kelurahan Burengan dan Jalan PK Bangsa. Dengan jumlah pelanggan PDAM yang mencapai 17.000 instalasi, tandon air itu tak lagi cukup mensuplai kebutuhan air warga Kota Kediri.
Untuk menjaga kelangsungan pasokan air bersih di sana, pemerintahan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar membangun hutan kota di area water torn. Selain menjadi spot wisata, keberadaan hutan kota juga menjaga produksi air tanah yang disedot tiga pompa air ke water torn. Keberadaan Hutan Kota Joyoboyo juga menghapus wajah water torn lama sebagai tempat mangkal pekerja seks komersial dan pelaku kriminal.
Reporter: Karebet
Editor: HTW