Bacaini.id, JOMBANG – Dampak naiknya harga kebutuhan pokok mulai dirasakan sejumlah keluarga miskin di Jombang. Bahkan mereka mulai menjual perabotan rumah tangga demi menyambung hidup.
Kondisi sulit ini menimpa keluarga lansia di Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang Kota, Kabupaten Jombang. Pasangan suami istri Khoirul Anam (64) dan Nur Hayati (64) terpaksa menggadaikan tabung LPG subsidi tiga kilogram untuk membeli beras.
Di sebuah rumah sederhana di tengah padatnya perkotaan, Khoirul hidup bersama istri dan dua cucunya. Sejak beberapa hari terakhir, pria tua ini hanya bisa memarkir becak yang menjadi sumber penghasilan satu-satunya. Dia terpaksa istirahat di rumah karena sakit.
“Sudah tidak mampu bekerja sejak sakit,” kata Khoirul dikunjungi Bacaini.id di rumahnya, Rabu, 15 Februari 2023.
Kakek berusia 64 tahun ini sehari-hari bekerja sebagai tukang becak. Setiap pagi, Khoirul mengayuh becak dari rumah menuju perempatan di sudut kota untuk mengais rezeki demi kelangsungan hidup keluarga. Begitu juga dengan biaya sekolah cucunya.
Khoirul sudah tidak sekuat dulu, kini penyakit tua mulai melemahkan fisiknya. Sesekali dia bersihkan becaknya, sekedar untuk menghibur hati sekaligus melepas penat. Becak yang selama ini menemaninya mencarai nafkah terparkir rapi di rumah kontrakan yang belum lama dia sewa.
Nur Hayati mengambil alih peran Khoirul sebagai tulang punggung keluarga. Sang istri berusaha menambal kebutuhan dengan menjual gorengan di pinggir jalan tidak jauh dari rumahnya. Ya meskipun hasil yang dia dapat juga tidak banyak.
Sayangnya, usaha kecil-kecilan ini kembali terkendala. Pembeli yang tidak menentu hingga mahalnya harga minyak membuat keluarga pra sejahtera ini lagi-lagi berada di posisi sulit. Disaat bersamaan, stok beras milik mereka pun mulai menipis.
“Saya gadaikan tabung gas untuk beli beras, dapat uang seratus ribu. Paling hanya cukup empat hari, tapi tidak bisa jualan lagi,” singkat Khoirul tak mampu berkata lagi.
Dengan menggadaikan tabung LPG, otomatis sumber penghasilan satu-satunya keluarga ini pun terpaksa putus. Jangankan menjual gorengan, untuk memasak saja, Hayati harus membuat tungku kecil dengan kayu sebagai bahan bakarnya.
Terpisah, Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi mengaku sudah mendengar kabar ada warganya yang kesulitan pangan. Dia juga membenarkan jika keluarga Khoirul harus menggadaikan tabung LPG untuk membeli beras.
Pihak desa juga sudah mendatangi keluarga Khoirul dan memberikan bantuan barupa sembako. Erwin mengimbau warganya yang merasa kesulitan dan tidak bisa makan untuk melapor kepada Pemdes. Pihaknya berjanji akan membantu semaksimal mungkin, karena selama ini ada dana sosial yang dihimpun dari gaji perangkat desa.
“Dana sosial atau zakat ini disisihkan untuk membantu warga tidak mampu. Jumlahnya memang terbatas, apalagi harga kebutuhan pokok masih terus naik, tapi kami tetap upayakan untuk membantu semaksimal mungkin,” jelas Erwin.
Meski demikian, Pemdes memastikan keluarga yang tidak mampu beli beras sudah masuk dalam jaminan bantuan keluarga tidak mampu dari pemerintah. Setelah apa yang menimpa keluarga Khoirul, Pemdes juga akan melakukan pemantauan agar warga tidak sampai kesulitan pangan.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira