Bacaini.id, KEDIRI – Ratusan warga Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri menggelar deklarasi dukungan terhadap Moeldoko untuk maju dalam Pilpres 2024. Mereka menilai Moeldoko adalah sosok yang tepat untuk menjadi presiden, karena peduli kepada masyarakat.
Ratusan pendukung mulai dari kelompok petani, peternak, pelaku UMKM, pedagang hingga kelompok pemuda berkumpul untuk menyuarakan dukungan kepada Jendral TNI Purnawirawan itu.
Desa Pesing merupakan tempat kelahiran Moeldoko dan bisa dibilang warga sudah sangat mengenalnya sejak kecil hingga memiliki jabatan tinggi seperti saat ini. Meskipun menjabat sebagai Kepala Staf Presiden, Moeldoko masih terus peduli kepada masyarakat dari berbagai kalangan.
Harmawan, salah satu perwakilan kelompok petani mengatakan, jika Moeldoko sama-sama dari masyarakat kecil dan mengerti kondisi masyarakat tingkat bawah. Selain itu, warga juga menginginkan seorang pemimpin yang berasal dari kampung mereka sendiri sehingga mereka siap mendukung Moeldoko untuk menjadi Presiden RI 2024.
“Kami para petani sangat merasakan hasil dari Pak Moel (Moeldoko) atas perjuangannya membela kesejahteraan petani,” kata Hermawan usai deklarasi, Minggu, 14 Agustus 2022.
Inisiator deklarasi dukung Moeldoko, Anam mengatakan deklarasi ini diikuti oleh 500 warga dari desa Pesing dan sekitarnya karena sosok Moeldoko memang sangat dikenal.
Mereka sangat mengenal Moeldoko mulai dari kesederhanaan sampai ketegasannya yang membuatnya menjadi lulusan terbaik AKABRI.
“Pak Moel merupakan putra daerah yang sangat membanggakan. Beliau adalah sosok yang sederhana, peduli dengan rakyat, memiliki jiwa ksatria dalam membela bangsa dan negara dengan sangat tulus,” ujar Anam.
Sementara itu, kakak Moeldoko, Suyono mengaku kaget dengan adanya dukungan dari warga untuk adiknya. Namun demikian menurut Suyono, keluarga besarnya merasa sangat bersyukur.
“Saya sangat terharu dan bangga dengan dukungan warga yang masih menginginkan pemimpin yang peduli dengan petani, serta memikirkan semua elemen masyarakat di Indonesia,” terang Suyono.
Suyono menjelaskan, adik laki-lakinya itu memang lahir dan besar di Desa Pesing. Bungsu dari 12 bersaudara itu lahir pada 8Juli 1957 dari pasangan Moestaman dan Masfuah dengan kehidupan yang sederhana bahkan bisa dibilang pas-pasan.
Saat duduk di bangku SMP, Moeldoko harus rela berjalan kaki menuju sekolahnya, SMP Negeri Papar dengan menempuh jarak cukup jauh, sekitar 6 kilometer. Untuk bisa naik kereta menuju ke sekolah, Moeldoko harus merelakan uang saku dari orang tuanya yang tidak seberapa.
“Kadang-kadang bisa naik kereta, dikasih uang saku itu masih lima rupiah kalau tidak salah. Kalau naik kereta ya dia tidak bisa jajan,” pungkas Suyono.
Penulis: AK.Jatmiko
Editor: Novira