Bacaini.id, KEDIRI – Sampah masih menjadi permasalahan yang menjadi perhatian Pemerintah, begitu pula dengan Pemerintah Kota Kediri. Permasalahan sampah ini akan menjadi bom waktu jika tidak segera ditangani dengan baik.
Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar mengatakan rata-rata debit sampah rumah tangga dan tempat usaha di Kota Kediri mencapai 140 ton setiap harinya. Untuk itu, Pemkot Kediri akan melakukan berbagai strategi penanganan permasalahan sampah.
“Kami membuat strategi komprehensif untuk menyelesaikan permasalahan sampah dengan penanganan dari hulu ke hilir untuk mewujudkan Kota Kediri sebagai zero waste city,” kata Mas Abu, Sabtu, 21 Mei 2022.
Penanganan sampah dari hulu ke hilir, lanjutnya, sebenarnya bisa menghemat anggaran. Memang butuh waktu lebih lama untuk mengedukasi masyarakat, namun berkaca pada negara-negara maju, pengelolaan sampah modern memang harus dimulai dari hulu.
“Kalau semua hanya mengandalkan TPA, sampah akan terus menumpuk dan menjadi bom waktu jika sudah tidak mampu menampung lagi,” tegasnya.
Selain itu, saat ini Pemkot Kediri tengah mulai melakukan digitalisasi bank sampah melalui aplikasi E-Bank Sampah. Dengan aplikasi ini, bank sampah dapat menghemat penggunaan kertas pada pencatatan nasabah. Pengelolaannya pun dapat dilakukan secara lebih sistematis dan aktual, sehingga Pemkot Kediri dapat melakukan analisis dari data tersebut untuk kepentingan membuat kebijakan.
“Pekan depan Pemkot Kediri akan membagikan 10 ponsel pintar untuk bank sampah, ini bentuk keseriusan kami dalam penanganan permasalahan sampah dimulai dari hulu,” terang Mas Abu.
Cara lain untuk mengurangi penumpukan sampah adalah memanfaatkan limbah sampah. Mas Abu menyebutkan di Kelurahan Ngronggo, sampah daun kering bisa difermentasi untuk dijadikan pakan kambing. Begitu juga di Pasar Grosir, limbah sayuran bisa diolah menjadi biskuit untuk makanan kelinci dan bahkan produknya bisa dijual.
“Artinya, permasalahan sampah ini menjadi tanggung jawab bersama. Butuh inovasi dan peran aktif masyarakat dan semua elemen, tidak hanya pemerintah saja. Limbah sampah yang sifatnya tidak bisa didaur ulang bukan berarti tidak bisa dimanfaatkan. Seperti limbah dedauan ini kelihatannya sepele, tapi jumlahnya juga besar,” bebernya.
Lebih lanjut, Mas Abu menambahkan jika saat ini Pemkot Kediri telah bekerjasama dengan lembaga ECOTON dalam tata kelola sampah. Mereka sedang membuat pilot project di Kelurahan Tempurejo, Kecamatan Pesantren yang selanjutnya akan diimplementasikan di seluruh kelurahan di Kota Kediri.
Dalam hal ini, ECOTON telah merekrut kader untuk melakukan edukasi penanganan sampah terpilah dengan datang ke rumah-rumah warga. Mereka mengajak warga memilah sampah menjadi dua jenis, organik dan non organik. Hasilnya, dari 17 rumah di kawasan satu RT, hanya 5 rumah yang tidak bersedia memilah sampah.
“Ternyata banyak warga yang tertarik dengan kegiatan ECOTON dalam penanganan sampah terpilah. Artinya kami optimis kesadaran warga Kota Kediri untuk memilah sampah sangat tinggi dan semoga kedepannya ini bisa jadi contoh bagi yang lain,” tandasnya.
Penulis: Novira