Bacaini.ID, KEDIRI – Sebelum kolonialisme datang, masyarakat Nusantara telah lama berhubungan dengan bangsa-bangsa lain di dunia melalui perdagangan.
India dan Tiongkok merupakan dua bangsa yang memberi pengaruh besar pada kebudayaan masyarakat Nusantara.
Melalui para pedagang India dan Tiongkok, masyarakat Nusantara mengenal agama Hindu dan Buddha.
Waisak, yang jatuh pada Senin ini (12/5/2025) merupakan hari raya umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting yang disebut Tri Suci Waisak.
Tiga peristiwa ini adalah kelahiran Siddhattha Gotama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM, pencapaian nirwana hingga menjadi seorang Buddha di Bodh Gaya saat berusia 35 tahun pada tahun 588 SM.
Sang Buddha Gotama wafat di usia 80 tahun pada tahun 543 SM.
Semua peristiwa penting ini terjadi pada waktu yang sama, yaitu bulan purnama pertama pada bulan Mei atau bulan Juni di tahun kabisat.
Sementara itu Indonesia jadi pusat perayaan Waisak terutama kawasan Asia Tenggara karena memiliki candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur.
Berikut fakta menarik Hari Raya Waisak di Indonesia.
Sudah ada sejak 1929
Buddha masuk ke Nusantara sekitar abad ke-2 Masehi dengan bukti arkeologis berkembang mulai abad ke-5 Masehi atau mungkin lebih awal.
Menurut Kementerian Pariwisata, perayaan Waisak di Candi Borobudur sudah ada sejak tahun 1929 yang diinisiasi oleh Himpunan Teosofi Hindia Belanda.
Namun kegiatan ini sempat terhenti pada era perang revolusi kemerdekaan dan diadakan kembali di tahun 1953.
Pada tahun 1973, peringatan Waisak di Borobudur sempat terhenti lagi karena adanya proyek pemugaran oleh pemerintah saat itu.
Perayaan Waisak berpindah ke Candi Mendut selama masa restorasi Borobudur.
Perayaan Waisak Terbesar
Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur merupakan perayaan hari suci umat Buddha paling terkenal dan besar secara internasional.
Candi Borobudur merupakan Candi Buddha terbesar di dunia, dan dianggap suci tidak hanya oleh umat Buddha di Indonesia, namun juga kawasan sekitarnya.
Perayaan Waisak di Candi Borobudur diikuti oleh umat Buddha dari berbagai belahan dunia, utamanya umat Buddha kawasan Asia Tenggara.
Bahkan sejak lama, puluhan Biksu dari Thailand, berjalan kaki selama kurang lebih empat bulan ke Candi Borobudur untuk merayakan Waisak.
Perjalanan ribuan kilometer ini merupakan ritual yang disebut Thudong, perjalanan spiritual yang memiliki makna kesabaran dan penempaan diri yang keras.
Ritual Waisak Borobudur
Perayaan Hari Raya Waisak di Candi Borobudur diawali dengan pengambilan Api Dharma di Api Abadi Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah.
Selain itu juga pengambilan Air Suci di Umbul Jumprit, Temanggung, Jawa Tengah.
Selanjutnya, kedua elemen ini di bawa ke Candi Mendut untuk disakralkan.
Perayaan Hari Raya Waisak di Borobudur memiliki keistimewaan tersendiri.
Sistem kalender purnama yang digunakan, membuat umat Buddha Indonesia lebih detail menentukan detik-detik Waisak.
Detik-detik Waisak ini merupakan puncak peringatan Waisak yang ditandai dengan penyalaan dupa dan lilin panca warna.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif