Bacaini.ID, JAKARTA – Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) meluncurkan Unit Layanan Disabilitas untuk pelayanan pendidikan bagi disabilitas, Kamis, 12 Desember 2024.
“Layanan Disabilitas ini merupakan langkah besar bagi UAI yang berkomitmen menjadi kampus inklusif. Tentu, ini bukan hanya untuk UAI, tapi untuk dunia pendidikan Indonesia yang kita harapkan semakin ramah akses bagi siapa saja, khususnya saudara-saudara kita yang memiliki keterbatasan,” kata Rektor UAI, Asep Saefuddin.
Peluncuran tersebut dilakukan bersamaan kegiatan diseminasi dan penutupan proyek kerjasama dengan Moray House School of Education and Sport, University of Edinburgh (UoE) untuk pelayanan pendidikan bagi disabilitas. Kegiatan ini didukung oleh British Council Indonesia dan Kedaireka melalui UK-Indonesia Disability Inclusion Partnerships Grant 2023 yang telah dimulai satu tahun lalu.
Acara bertajuk ‘Enhancing Visually Impairment Access in Higher Education: Inclusive Learning Experiences, Policy Brief, and Implementing Accessibility for Students with Visual Impairment in the University’ ini diisi paparan singkat John Ravenscroft dan Elizabeth McCann dari University of Edinburgh melalui zoom.
Selain mengulas secara singkat prinsip-prinsip kampus inklusif yang ramah bagi mahasiswa disabilitas netra, kedua pakar ini juga menyatakan apresiasinya atas antusiasme sivitas UAI dalam pelaksanaan kerjasama tersebut.
Hadir dalam momen ini para stakeholder seperti Komisi Nasional Disabilitas, Belmawa Kemendikbud Ristek, LLDIKTI III, serta perguruan tinggi dan organisasi pegiat pendidika disabilitas netra di Indonesia.
Kerjasama UAI dan UoE yang didukung British Council dalam pengembangan kampus inklusif dan ramah disabilitas netra ini dimulai sejak Januari 2024 oleh tim dosen Ilmu Komunikasi yang terdiri dari Cut Meutia Karolina (Ketua), Edoardo Irfan dan Gusmia Arianti.
Dalam proyek ini, Universitas Al Azhar Indonesia menghasilkan sejumlah output yaitu Policy Brief sebagai pedoman kebijakan yang komprehensif untuk meningkatkan akses pendidikan bagi mahasiswa dengan disabilitas visual.
“Kami juga menghasilkan empat standar operating procedure atau SOP; yakni Lingkungan Fisik Inklusif, SOP Lingkungan Sosial Inklusif, SOP Pembuatan Materi Belajar Inklusif, dan SOP Digital Support Inklusif,” kata Cut Meutia.
Selama setahun ini, tim UAI dan University of Edinburgh sudah saling berkunjung untuk kebutuhan pelatihan, sharing pengalaman dan pengetahuan sekaligus mengkonkretkan kerjasama. Para dosen UAI turut mendapatkan pelatihan untuk mempersiapkan layanan pendidikan bagi disabilitas, khususnya disabilitas netra. Seperti menyiapkan materi belajar menggunakan aplikasi screen reader dan audio description untuk memudahkan mahasiswa disabilitas netra mendapatkan pemahaman terhadap konten visual.
Penulis: Hari Tri Wasono