KEDIRI – Siapa tak kenal Tjoa Jien Hwie, pendiri pabrik rokok terbesar di tanah air, Gudang Garam. Meski telah meninggal 35 tahun lalu, sosok Tjoa Jien Hwie atau yang akrab dengan nama pribumi Surya Wonowidjoyo masih dikenang karyawannya.
Tjoa Jien Hwie, yang dalam pengucapan karyawannya menjadi ‘Ing Wi’ dikenal dekat dengan pekerja. Alih-alih berlagak bos, Tjien Hwie justru sering berbaur dengan pekerjanya. Dia juga tak segan terlibat dalam pekerjaan yang dilakukan anak buahnya.
“Pak Ing Wi itu baik, sangat baik. Dia sering menanyakan kabar pekerja dan keluarga. Ngomongnya juga pakai bahasa Jawa,” kata Mustofa, mantan mandor Gudang Garam yang telah pensiun kepada Bacaini.id.
Sebagai karyawan rendahan, Mustofa memiliki kenangan khusus dengan bos pabrik itu. Suatu hari dia mendapati rekan kerjanya mengalami sakit gigi. Karena tak kuat menahan nyeri, dia bermaksud berobat ke klinik di area pabrik.
baca ini Tan Siok Tjien Wanita Kaya Istri Pendiri Gudang Garam
Saat itulah pekerja tersebut berpapasan dengan Tjoa Jien Hwie. Spontan Jien Hwie bertanya kepada pekerjanya yang hendak ke klinik. Mengetahui anak buahnya sakit gigi, Jien Hwie menyuruh pekerjanya mencabut satu helai rambutnya sendiri. Rambut itu diletakkan di telapak tangan Jien Hwie, dan meminta pekerja itu meludahinya. “Teman saya ragu, masak meludah di tangan bosnya. Tapi akhirnya menurut juga,” kata Mustofa.
Ajaib, seketika sakit gigi yang mendera pekerja itu hilang. Dia kembali melanjutkan pekerjaan tanpa berobat ke klinik.
Di luar itu, masih banyak kisah kedekatan Tjoa Jien Hwie dengan karyawan Gudang Garam. Di mata mereka, Tjoa Jien Hwie bukanlah seorang bos. Tjien Hwie adalah bapak sekaligus keluarga mereka yang bersama-sama mencari nafkah dengan membuat rokok.
Sejarawan Dukut Imam Widodo menyebut sosok Tjoa Jien Hwie memiliki jiwa sosial tinggi. Dia mempertahankan bisnisnya dengan menjaga nilai luhur yang berlaku di masyarakat. Nilai itu dirumuskan menjadi filosofi perusahaan dan dituangkan dalam Catur Dharma Perusahaan.
Pertama, kehidupan yang bermakna dan berfaedah bagi masyarakat luas merupakan suatu kebahagiaan. Kedua, kerja keras, ulet, jujur, sehat dan beriman adalah prasyarat kesuksesan. Ketiga, kesuksesan tidak dapat terlepas dari peranan dan kerjasama dengan orang lain. Dan keempat, karyawan adalah mitra usaha yang utama.
“Tjoa Jien Hwie bukan orang Jawa. Tapi dari keterangan orang-orang yang kerap berinteraksi dengannya mengatakan dia lebih njawani. Tutur katanya dalam bahasa Jawa lebih halus dan sopan,” tutur Dukut dalam forum diskusi dengan wartawan.
Semasa hidupnya Jien Hwie juga dikenal penyayang binatang. Dia kerap terlihat merawat binatang yang hidup di are pabrik. Diantaranya dengan menancapkan mayang padi di tembok pabrik untuk memberi makan burung liar, serta menaburkan parutan kelapa di mulut liang semut. (HTW)
Comments 2