Bacaini.id, JOMBANG – Teror makhluk tak kasat mata mengganggu seorang pedagang di pasar Mojoagung, Jombang. Pemuda bernama Endon ini merasa kebingungan karena dagangan yang masih baru dimasak selalu busuk setiap kali dia tiba di lapak dagangnya.
Kejadian janggal itu dialami Endon yang notabene sudah puluhan tahun menggeluti usaha kulit sapi olahan. Selama itu pula dagangan yang dibawanya ke lapak selalu fresh dan benar-benar baru diangkat dari panci usai dimasak di rumah produksinya.
Setiap pagi hingga sore hari, Endon dibantu seorang karyawan memasak kulit sapi kiriman saudaranya yang merupakan pelanggan pedagang besar. Kulit sapi yang sudah dikeringkan diolah bersama bumbu di dalam tungku besar hingga menghasilkan tekstur yang empuk dan kenyal.
Kemudian hasil olahan tersebut direndam dengan resep turun temurun hingga masak lalu dibawa ke pasar untuk dijual keesokan paginya. Sebagian olahan kulit sapi juga diambil oleh pelanggan yang datang ke rumahnya.
Olahan kulit sapi pemuda ini memang terkenal empuk dan kenyal padahal bentuknya lebih tebal jika dibandingkan dengan yang lain. Lebih dari itu, pelanggannya juga sudah sangat hafal dengan olahan kulit sapi yang terjamin kebersihannya. Terbukti dari pembeli baru yang selalu kembali keesokan harinya hingga menjadi pelanggan tetap.
“Suatu hari saat jualan seperti biasanya, mendadak muncul bau busuk,” kata Endon mengawali ceritanya kepada Bacaini.id, di lapak bambu sederhana berukuran 2×3 meter yang menjadi tempatnya mengais rezeki, Sabtu, 3 Desember 2022.
Penasaran, dirinya lantas mencari sumber bau menyengat yang sangat mengganggunya. Akhirnya dia pun menemukan asal bau busuk yang meskipun ragu dan tidak percaya, bau tidak sedap itu ternyata berasal dari dagangan kulit sapi miliknya.
Masih tidak yakin, Endon mengambil kulit sapi kemudian mendekatkan hidungnya untuk memastikan asal bau busuk tersebut. Sudah tidak bisa dipungkiri lagi asal bau busuk itu hingga pada akhirnya dia tidak berani menjualnya. Bahkan dia harus berbohong kepada semua pelanggan yang mengambil dagangan ke rumahnya dengan berbagai macam alasan.
“Padahal secara fisik masih bagus dan keset, hanya saja baunya busuk, saya sendiri heran. Tidak berani menjual,” bisiknya lirih.
Sempat suatu hari dia nekat menjual dagangannya di pasar dan ternyata masih sama. Satu jam menunggui lapaknya, Endon terus berpikir apakah ada yang salah dengan resep masakanya ataukah ada faktor lain hingga bau busuk itu muncul sangat kuat. Tak habis pikir, dia langsung mengukuti semua dagangannya, pulang dan dibuangnya kulit sapi berbau busuk itu dengan rasa kesal.
Semalaman dia memikirkan bau busuk yang tiba-tiba mencemari barang dagangannya namun dia belum menemukan jawabannya. Tidak menyerah begitu saja, keesokan harinya pemuda itu kembali memasak bahan mentah yang masih disimpannya dengan lebih hati-hati. Sampai dia yakin semua proses telah dilakukan dengan benar dan sesuai, seperti biasanya, pagi buta Endon siap tancap gas menuju lapaknya. Sayangnya, kejadian yang sama kembali terulang.
Pulang dengan tangan kosong dan lemas, Endon kembali mempelajari resep turun temurun yang bahkan sudah dihafalnya sejak mulai merintis usaha. Dia sangat yakin, semua yang dilakukannya dalam proses produksi tidak ada yang keliru ataupun kurang. Kenyataan itu mulai membuatnya frustasi karena stok kulit sapi menipis sementara barang baru berbau busuk yang akan dijualnya terus dibuang dan tentu membuatnya merugi.
Ditengah kegalauannya, seorang teman memberikannya saran untuk menemui orang pintar. Hampir putus asa, Endon akhirnya benar-benar menyanggupi saran itu dan mengajak orang pintar rekomendasi temannya itu ke rumah produksinya. Benar saja, ketika masuk ke ruang mengolah kulit sapi, orang pintar itu melihat sesosok makhluk besar berwujud mengerikan, berambut lebat acak-acakan tengah bergelantungan di atas atap ruangan.
“Ada gendruwo,” lirihnya merinding.
Orang pintar itu menjelaskan bahwa sosok itu tidak berniat menampakkan diri atau membuat penghuni rumah ketakutan. Hanya saja genderuwo itu biasa kencing sembarangan, termasuk di tempat kulit sapi olahan yang sudah siap dijajakan. Terjawab sudah apa yang membuat bau busuk itu selalu mendadak muncul.
Setelah berkomunikasi batin, makhluk tak kasat mata itu diusir oleh orang pintar tersebut sesuai keluhan Endon yang mengaku sangat terganggu. Orang pintar itu juga menyampaikan bahwa genderuwo itu sebenarnya hanya mampir. Karena merasa nyaman akhirnya dia sempat bertahan dan berniat untuk tinggal.
Lokasi produksi kulit sapi milik Endon memang dekat dengan rerimbunan pohon bambu yang ternyata merupakan habitat asli genderuwo itu sendiri. Beberapa kali mampir, ruang produksi kulit sapi itu membuatnya betah untuk tinggal termasuk buang air sembarangan di sejumlah sudut ruangan.
“Katanya dikencingi genderuwo itu jadi sering busuk dagangan saya. Tapi saya sudah minta orang pintar itu memindahkannya. Alhamdulilah sekarang sudah aman,” ujar Endon mengakhiri kisah mistis yang dialaminya.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira