Bacaini.id, KEDIRI – Tingginya harga telur dalam beberapa waktu terakhir tak lepas dari minimnya stok telur di tingkat peternak. Bahkan, banyak peternak ayam petelur sampai gulung tikar akibat tingginya biaya produksi.
Di sentra peternakan ayam di Desa Plaosan, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, hanya ada lima dari 30 peternakan ayam petelur yang masih bertahan. Salah satunya peternakan ayam petelur milik Haji Slamet.
“Di sini hanya tinggal lima peternak yang masih bertahan. Semakin hari, biaya produksi semakin tinggi,” kata Slamet kepada Bacaini.id, Rabu, 25 Mei 2022.
Menurutnya, dari 25 peternakan ayam di Desa Plaosan bahkan sudah berhenti beroperasi sejak awal 2022 lalu. Macetnya operasional ini tak lepas dari tingginya biaya produksi, terlebih setelah harga pakan ayam naik drastis.
Disebutkannya, harga pakan konsentrat yang sebelumnya Rp390 ribu, sekarang naik mencapai Rp575 ribu per sak dengan berat 50 kilogram. Dengan begitu, selama ini peternak terpaksa menaikkan harga telur dari Rp 19.000 menjadi Rp 24.500 perkilogram.
Sementara itu, lanjutnya, harga telur yang yang dijual pedagang di pasaran saat ini mencapai Rp27 ribu, padahal sebelumnya hanya Rp25 ribu perkilogram.
“Sebenarnya permintaan telur sampai sekarang masih tinggi. Karena harga telurnya naik tapi stoknya tidak ada, akhirnya banyak peternak yang mengafkir ayamnya dan memutuskan tidak meneruskan usahanya,” tandasnya.
Penulis: Novira