Bacaini.id, BATU – Seorang peserta didik di sekolah Al Izzah Batu menjadi korban pelecehan seksual temannya. Pihak sekolah memastikan kasus itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan.
Lembaga pendidikan berbasis keagamaan dan berkonsep noarding school ini diterpa isu miring. Seorang santri mengaku jadi korban pelecehan seksual hingga perundungan fisik. Para pelakunya adalah sesama santri pria disana.
Kasus ini terungkap usai orang tua korban berinisial DD membeberkan kepada wartawan. Peristiwa ini sudah terjadi setahun yang lalu, tepatnya pada bulan Oktober 2020.
DD melihat perubahan perilaku anaknya yang tak biasa. Dia kerap menyendiri di kamar ketika pulang. Saat didalami lebih jauh, si anak mengaku trauma atas perbuatan tidak senonoh yang dialami.
Mendengar hal itu, DD melaporkan ke pihak sekolah, dan ditindaklanjuti dengan memanggil orang tua terlapor. Hasilnya, pelaku hanya diberi sanksi berupa surat peringatan. Merasa tidak puas, DD memutuskan untuk memindahkan anaknya dari sana. ”Semua demi melindungi kesehatan mental anak saya. Saya putuskan untuk menarik anak saya keluar dari sana,” kata DD.
Tonton video:
Kepala Al Izzah, Adnan saat dikonfirmasi tentang peristiwa itu membenarkan. Namun kata mereka, kasus ini sudah diselesaikan secara kekeluargaan. ”Kalau dari kami, persoalan ini sudah clear. Tidak ada istilah korban atau pelaku. Kedua belah pihak sepakat menempuh jalan kekeluargaan,” terang Syaifuddin.
Menurut Yakub, kejadian itu sudah kejadian lama waktu keduanya duduk di bangku kelas X SMA pada Oktober 2020 lalu. Namun korban baru mengakui kejadian ini pada sekitar Juli 2021 lalu. Dan hasil dari asesmen sementara sekolah, pelaku disebut mengidap disorientasi seksual. ”Tapi kami kira itu tidak sampai ke adegan seperti itu (sodomi), seperti berita yang tersebar. Dia hanya menyentuh bagian pipi gitu aja,” jelasnya.
Meski demikian, pihak sekolah memutuskan untuk tidak langsung menindak tegas. Pelaku hanya diberi sanksi peringatan tertulis dan diberi kesempatan untuk bertaubat. ”Kami harus bertindak bijak karena menyangkut masa depan anak-anak juga. Kami juga tidak ingin langsung men-judge apa benar anak ini disorientasi seksual atau apa,” kata Yakub.
Pihak sekolah akan terus mengawasi perkembangan sikap pelaku. Mereka juga dijadwalkan mengakses layanan psikologi dan keagamaan intens. ”Kami dari sekolah juga berharap kejadian ini jangan sampai terulang lagi. Terus terang ini kejadian baru pertama kali,” pungkasnya.
Penulis: A. Ulul
Editor: Budi S