Bacaini.ID, KEDIRI – Seorang pemimpin atau raja juga manusia biasa yang tidak lepas dari sisi gelap.
Sebaik apapun kepemimpinan pasti memiliki cela yang bisa dicari-cari atau bahkan diciptakan oleh musuh-musuh politik.
Berikut raja-raja Eropa yang dikenal kontroversial karena memiliki obsesi tak lazim:
Baca Juga:
- Sejarah Penghancuran Kediri
- Cerita Pangreh Praja yang Berwatak Oportunis Sejak Era Kolonial
- Cerita Kho Ping Hoo, Penulis Cersil yang Lebih Njawani
Henry VIII dari Inggris (1491-1547)
Beberapa peneliti berspekulasi Henry VIII mengidap Sindrom McLeod, kondisi genetik yang menyebabkan gejala fisik dan mental seperti paranoia, depresi, dan perilaku tidak pantas.
Karakternya yang berubah dari pria periang menjadi tiran kejam, memicu spekulasi tersebut.
Henry VIII adalah raja Inggris dari Dinasti Tudor yang terkenal karena 6 pernikahan penuh skandal dan kekerasan.
Menikah dengan Catherine of Aragon, janda kakaknya, Arthur yang memicu perpecahan dengan Gereja Katolik.
Catherine diceraikan karena mereka tidak memiliki anak laki-laki yang diharapkan sebagai pewaris. Demi menceraikan Catherine dan menikahi gundiknya, Anne Boleyn, Henry VIII memisahkan Inggris dari Gereja Katolik Roma di tahun 1534 lewat Act of Supremacy.
Ia menjadi Kepala Tertinggi Gereja Inggris (Supreme Head of the Church of England). Terbentuklah Gereja Anglikan (Church of England).
Tak berhenti disitu, skandal Henry VIII terus berlanjut dengan menikahi 4 perempuan setelahnya dengan kontroversi yang membuat rakyatnya muak.
Christian VII dari Denmark (1749-1808)
Christian VII adalah raja Denmark dan Norwegia yang naik tahta di usia 16 tahun setelah ayahnya, Frederik V meninggal.
Masa pemerintahannya penuh gejolak karena kesehatan mentalnya yang buruk yang membuatnya tak mampu menjalankan roda pemerintahan dengan baik.
Kontroversi Christian VII adalah perilakunya yang eksentrik di depan publik. Statusnya sebagai raja tak membuatnya malu untuk berkeliaran malam hari di Kopenhagen untuk bergaul dengan para pelacur.
Ia juga seringkali memukul orang secara acak tanpa alasan jelas dan berbicara sembarangan di depan publik yang kadang tak masuk akal.
Yang membuat semakin meresahkan rakyatnya adalah kecanduannya pada masturbasi.
Bukan lagi menjadi rahasia, Christian VII bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk masturbasi hingga melalaikan tugasnya sebagai raja.
Bahkan didepan pelayan istana maupun tamu kerajaan, Christian VII bisa melakukannya tanpa kenal waktu hingga dokter pribadinya menyebut kecanduan Christian VII pada masturbasilah yang membuatnya lemah fisik dan mental.
Catatan mengenai kebiasaan buruknya ini menyebar di Eropa dalam dokumentasi catatan medis, memoar maupun surat di abad ke-18.
Peter III dari Rusia (1728-1762)
Kaisar Rusia yang hanya sempat memimpin selama 6 bulan karena dikudeta istrinya sendiri, Catherine the Great.
Peter III memiliki perilaku ‘nyleneh’. Naik tahta di usia 34 tahun, ia seperti bocah berusia 10 tahun yang hanya sibuk main. Perilaku kekanak-kanakannya membuatnya dibenci sesama bangsawan, rakyatnya, hingga tentara.
Peter III terobsesi dengan tentara mainan dari timah yang biasanya dimainkan untuk perang-perangan anak laki-laki. Ia bisa seharian sibuk menata tentara mainannya di istana dan melupakan tugas-tugasnya.
Ratusan tentara mainan, benteng mini, meriam kecil, ia susun dalam ruangan istana seperti markas perang.
Perilakunya sangat mengganggu orang-orang dewasa di sekitarnya. Bahkan istrinya sendiri pun merasa Peter III tidak pernah mencintainya dan tak pernah peduli.
Perilaku Peter III juga terjadi saat rapat negara. Jika dikritik, ia akan menangis tersedu-sedu seperti anak kecil dan kemudian berlari mengunci diri dalam kamar.
Sikapnya yang ‘aneh’ ini membuat istrinya kehilangan kesabaran. Catherine lantas mengkudeta suaminya sendiri dengan bantuan banyak pihak yang memang sudah tak menyukai raja.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





