Ringkasan Berita
- NPD terbentuk dari pola asuh orang tua pada masa kecil anak
- Pola asuh yang mengutamakan prestasi dan memandang rendah kegagalan tanpa mengajarkan pengelolaan emosi jadi faktor pembentuk NPD
Bacaini.ID, KEDIRI – Sifat NPD (Narcissistic Personality Disorder) terbentuk dari pola asuh orang tua pada masa kecil anak.
Sering tanpa disadari orang tua, kasih sayang yang mereka berikan justru jadi toksik dalam pembentukan karakter anak, termasuk munculnya sifat NPD.
Menurut dr. Yuliana CHt, hipnoterapis yang juga pegiat kesehatan mental, berikut beberapa hal yang membuat anak menjadi NPD karena pola asuh:
Anak Dituntut Menjadi Sempurna
Obsesi orang tua untuk ‘menciptakan’ anak unggul seringkali justru menjerumuskan anak. Anak selalu diajarkan untuk menjadi juara dan menganggap kegagalan adalah aib.
Ini membuat anak menjadi memiliki persepsi bahwa cinta hanya akan didapatkan jika mereka sukses.
Mereka memang menjadi individu pekerja keras. Namun, menjadi orang dewasa yang hanya menghormati kesuksesan, menghina kegagalan, dan kebahagiaan mereka bersifat duniawi.
Anak Dijadikan Kebanggaan Orang Tua
Bangga pada prestasi anak adalah hal wajar. Namun jika prestasi anak dijadikan orang tua untuk meningkatkan citra keluarga, anak akan memiliki beban mental.
Akibatnya, anak akan tumbuh dengan harga diri yang rapuh dan cenderung kehilangan indentitas mereka.
Pujian yang Berlebihan pada Anak
Memuji anak dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri. Namun jika dilakukan secara berlebihan, anak akan selalu merasa istimewa dan merasa ber-hak diperlakukan istimewa pula.
Akibatnya, mereka tumbuh sebagai individu yang anti kritik dan membenci pendapat orang lain yang tidak sesuai dengan kemauan mereka.
Kalimat Tuntutan dari Orang Tua
Mendidik anak untuk bersikap baik adalah kewajiban orang tua. Namun jika dilakukan dengan ucapan-ucapan bersifat tuntutan dan merendahkan anak, ini yang menjadi toksik dan dapat merusak mental anak.
Kalimat seperti: “Ayah kecewa kalo kamu gak juara satu, bikin malu keluarga!” atau “Ibu malu kamu menangis seperti itu, cengeng!“.
Ini membuat anak takut terlihat gagal dan belajar bahwa nilai dirinya ditentukan oleh pandangan orang lain.
Tidak Diajarkan Mengelola Emosi
Anak terbiasa dengan pujian dan kemarahan. Sukses dipuji dan ketika gagal dimarahi. Ini membuat anak tumbuh tidak peka terhadap emosi diri dan orang lain.
Anak tidak pernah diajarkan mengenali dan mengelola emosi mereka, tidak dibimbing memahami perasaan.
Anak-anak dengan pola asuh demikian, akan menjadi orang dewasa yang tidak peka dan memahami perasaan orang lain. Cenderung bersikap kejam pada orang yang tidak sesuai dengan kemauannya.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif