Bacaini.id, TRENGGALEK – Dari sekedar untuk mengisi waktu luang, Triana Ratnaningtyas mampu meraup pundi-pundi uang. Perempuan asal Desa Nglongsor, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek ini menjadi perajin sekaligus pengusaha sepatu rajut.
Ditemui di kediamannya, Triana tengah memainkan benang polyester yang ada di jari jemarinya hingga membentuk sepasang sepatu rajut yang indah dan bernilai jual.
“Awalnya cuma untuk mengisi waktu luang bikin sepatu rajut dan saya pakai sendri. Tapi pas saya posting di media sosial banyak yang tertarik sampai akhirnya pesan untuk saya bikinkan,” ujar Triana kepada Bacaini.id, Selasa, 2 Agustus 2022.
Sepatu rajut buatan Triana bisa dipastikan 100 persen handmade atau buatan tangan. Dia mulai membuat sepatu rajut sejak pertengahan tahun 2020 bertepatan dengan awal masuknya virus Corona ke Indonesia.
Menurutnya, ide membuat sepatu rajut berawal saat dia melihat di media sosial soal rajut merajut. Perempuan berhijab ini mengaku tertarik dengan seni rajut karena saat masih sekolah dia pernah mendapat pelajaran seni rajut.
“Langsung saya coba praktekkan. Saya juga belajar beberapa teknik merajut dari YouTube juga ikut kursus online,” terangnya.
Untuk membuat sepasang sepatu rajut, awalnya Triana memerlukan waktu sekitar tiga sampai empat hari. Tetapi seiring berjalannya waktu, dengan ketelatenannya dia mampu membuat sepasang sepatu rajut dengan waktu yang lebih cepat.
“Sekarang kalau ada pesanan mendadak, sepasang sepatu bisa saya selesaikan kurang dari 24 jam,” akunya.
Triana menyebutkan, teknik pembuatan sepatu rajut hampir sama dengan pembuatan barang-barang rajutan pada umumnya. Tetapi kendala biasa terjadi saat mengaitkan benang rajutan ke bagian sol sepatu yang memang agak keras sehingga butuh tenaga ekstra.
Sementara satu pasang sepatu rajut buatan Triana dibandrol harga kisaran Rp175 ribu sampai Rp350 ribu, tergantung tingkat kerumitan pembuatan sepatu sesuai pesanan. Selain sepatu, Triana juga menerima pesanan sandal rajut. Hingga saat pesanan produk rajutan buatannya banyak datang dari luar kota.
“Pembeli bisa request model yang diinginkan, tapi kebanyakan pesanan sepatu yang dipakai saat bersantai. Pesanan kebanyakan datang dari luar kota, ada dari Surabaya, Jakarta, dari Papua juga. Kalau di Trenggalek kebanyakan teman-teman saya sendiri,” tandasnya.
Penulis: Aby
Editor: Novira