Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Seniman asal Tulungagung, mampu memanfaatkan kaca bekas menjadi seni yang estetik. Dengan kreatifitasnya, kaca bus bekas pun bisa menjadi media lukis bernilai jual tinggi.
Seniman kreatif itu adalah Budianto, warga Desa Majan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Saat mengunjungi kediamannya, langsung terlihat lukisan-lukisan hasil karyanya memenuhi setiap sudut ruangan.
Sekilas, lukisan itu terlihat seperti halnya lukisan pada umumnya. Namun jika diperhatikan lebih dekat, lukisan indah itu tertuang pada media kaca.
“Rata-rata kaca yang saya gunakan adalah kaca bekas yang sudah tidak dipakai. Awalnya saya biasa aja melukis di kanvas, tapi lama-lama malah lebih suka melukis di kaca,” kata Budianto kepada Bacaini.id, Jumat, 25 Maret 2022.
Budianto mulai mengenal seni lukis kaca modern sekitar tahun 2000. Saat itu, salah satu teman yang juga seniornya dibidang seni lukis memperkenalkannya dengan seni lukis kaca.
Tingkat kesulitan melukis kaca yang jauh lebih sulit sekaligus penggunaan metode yang berbeda daripada melukis di atas kanvas membuatnya lebih tertantang.
“Kebetulan saat itu ikut workshop melukis kaca di Surabaya. Setelah itu saya mulai tertarik dengan seni lukis kaca. Akhirnya sekitar tahun 2005 saya mulai lebih fokus melukis kaca,” terangnya.
Mulanya, Budianto melukis pada kaca berukuran kecil. Seiring berjalannya waktu, dia mulai melukis kaca toples dan kaca gelas yang diminati konsumen untuk digunakan sebagai suvenir.
Sayang, karya seni untuk suvenir itu hanya diminati pada momen tertentu saja. Hal itu membuatnya kembali memutar otak. Akhirnya muncul ide menggunakan kaca bus sebagai media lukis baru yang lebih menantang.
“Kaca bus yang saya pakai sebagai media lukis ini rata-rata sudah tidak terpakai atau bekas. Kadang kalau mau saya beli, malah disuruh bawa saja, karena memang sudah tidak bisa digunakan. Jadi bisa dibilang modal awalnya lebih ekonomis,” ungkapnya.
Menurut Budianto, secara teknis metode lukis kaca sangat berbeda dengan melukis di atas kanvas. Selain tingkat kesulitannya lebih tinggi juga dibutuhkan kesabaran ekstra untuk melukis di atas kaca.
Karena dia harus menunggu cat benar-benar kering untuk melanjutkan lukisan dengan cat warna lain. Tentu saja sangat berbeda dengan melukis di kanvas dimana cat bisa lebih cepat kering.
“Tantangan terbesarnya ya itu. Kalau tidak sabaran, saya bisa pastikan lukisan itu gagal. Karena kita harus menunggu catnya benar-benar kering dulu baru bisa lanjut,” ungkapnya.
Nyatanya, barang yang tidak berguna bagi orang lain itu menjadi berkah tersendiri bagi Budianto. Tentu saja dengan kreatifitas dan kemampuannya sebagai seorang seniman.
Bagi Budianto, harga tidak akan cukup mewakili kepuasan seorang seniman dalam menghasilkan sebuah karya. Tetapi hal itu tidak menjadi alasan, jika memang ada konsumen yang berminat membeli hasil karya seninya.
“Sebenarnya karya seni itu tidak bisa dipatok harga. Tapi pernah ada yang berniat membeli lukisan kaca saya, untuk ukuran 100×60 cm saya jual dengan harga satu juta rupiah, itupun sebenarnya masih bisa lebih,” tandasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira