Bacaini.ID, KEDIRI – Pecahnya perang Thailand-Kamboja berakar dari ketegangan yang sudah berlangsung lama.
Thailand dan Kamboja telah berulang kali terlibat konflik perbatasan, bahkan sampai memakan korban jiwa.
Bibit Konflik dari Sengketa Kuil Kuno
Konflik dua negara ASEAN ini berawal dari sengketa wilayah perbatasan, terutama yang melibatkan kuil kuno Preah Vihear dan Ta Moan Thom.
Dua kuil peninggalan Hindu yang dibangun sekitar abad ke-11.
Mahkamah Internasional (ICJ) di tahun 1962, telah memutuskan kuil Preah Vihear milik Kamboja, namun tidak secara jelas menetapkan wilayah sekitarnya.
Inilah yang membuat Thailand dan Kamboja masih berselisih soal tanah di sekitarnya.
Bagi Thailand, kuil itu bagian dari warisan budaya mereka juga. Sementara bagi Kamboja, kuil jadi simbol nasionalisme.
Pecah Konflik Terus Terjadi
Sejak tahun 2008, bentrokan militer beberapa kali terjadi. Paling panas berlangsung 2008–2011. Terjadi konflik militer di area perbatasan.
Pada tahun 2024 Thailand mengerahkan F-16 dan terjadi korban sipil.
Yang terbaru pada tahun 2025, konflik kembali memanas, ribuan warga mengungsi dan puluhan orang tewas.
Masing-masing saling tuduh sebagai provokator dan telah melanggar hukum internasional.
Peran Indonesia dalam Meredam Konflik
Sebagai negara dengan posisi diplomatik kuat di ASEAN, Indonesia berperan aktif menengahi konflik ini.
Tahun 2011, saat menjadi Ketua ASEAN, Indonesia mendorong dialog damai dan sempat mengusulkan tim pemantau perbatasan.
Indonesia juga jadi jembatan komunikasi informal antara kedua negara lewat pendekatan ASEAN Way.
Kepentingan Indonesia jelas, yaitu menjaga stabilitas kawasan, memperkuat citra ASEAN, dan mencegah eskalasi yang berdampak ke ekonomi regional.
Konflik Thailand–Kamboja bukan sekadar konflik wilayah perbatasan, namun lebih kepada simbol perebutan identitas, sejarah, dan pengaruh di Asia Tenggara.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif