Bacaini.ID, KEDIRI – Sejarah perkeretaapian Indonesia telah berumur ratusan tahun, yakni sejak akhir abad-19.
Keberadaan kereta api diawali kepentingan ekonomi Kolonial Belanda atas sumber daya alam Indonesia, termasuk kebutuhan akan transportasi militer dan para elit di masanya.
Masa pra kemerdekaan
Tahun 1840, Kolonel J.H.R. Carel Van der Wijck mengajukan proposal pembangunan jalur kereta api di Hindia Belanda.
Keputusan itu didasari kurang optimalnya penggunaan jalan raya untuk mengangkut hasil bumi dari program Tanam Paksa tahun 1825-1830 yang diberlakukan Van den Bosch.
Pembangunan jalur kereta api dimulai dari Desa Kemijen, Semarang, Jawa Tengah, pada Jumat 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele.
Pembangunan diprakarsai oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes.
Rute pertama kereta api adalah Kemijen-Tanggung yang berjarak 26 kilometer.
Ruas lintasan kereta api paling awal di Indonesia ini dibuka untuk angkutan umum pada hari Sabtu, 10 Agustus 1867.
Keberhasilan pembangunan transportasi kereta api ini membuat pemerintah Belanda terus mengembangkan ruas rel kereta untuk kebutuhan mereka.
Hal ini menarik minat investor untuk membangun jalur kereta api di berbagai daerah di Nusantara.
Sepanjang tahun 1864-1900, pembangunan jalur kereta api berkembang pesat. Dari awal hanya 26 km, berkembang hingga 3.338 km.
Era Pendudukan Jepang
Jalan kereta api yang dibangun selama pendudukan Jepang adalah 83 km sepanjang Bayah-Cikara, di Banten. Selain itu 220 km sepanjang Muaro-Pekanbaru, Riau.
Pembangunan jalan kereta api jalur Muaro-Pekanbaru inilah yang banyak menorehkan kisah kelam romusha.
Proyek pembangunan ini melibatkan 27.000 orang dengan 25.000 di antaranya adalah romusha.
Target penyelesaian pembangunan berlangsung 15 bulan dengan teknologi seadanya.
Akibatnya, proyek ambisius ini menelan banyak korban romusha yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro-Pekanbaru.
Topografi wilayah Muaro-Pekanbaru yang sulit jadi faktor tersendiri banyaknya korban. Rawa-rawa, perbukitan dan sungai lebar dengan arus yang deras banyak terdapat di jalur ini.
Sampai akhir masa kependudukan Belanda, Indonesia memiliki jalur kereta api sepanjang 6.811 km. Namun pada tahun 1950, berkurang menjadi 5.910 km.
Sekitar 901 km rel kerata api hilang diduga akibat dari pembongkaran yang terjadi selama kependudukan Jepang.
Potongan rel kereta api ini dibawa Jepang ke Burma (Kini Myanmar) untuk membangun rel kereta api di sana.
Pemindahan ini sekaligus dengan para romusha dari Indonesia yang awalnya berharap mendapat kehidupan yang layak.
Namun proyek pembangunan lintasan rel kereta api ini menjadi kisah kelam kekejaman penjajahan oleh Jepang yang dikenang dengan nama Death Railway.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif