Ringkasan Berita
- Penulis Hungaria Laszlo Krasznahorkai meraih nobel sastra 2025
- Novel Satantango yang ditulis Laszlo Krasznahorkai pada 1985 disebut sebagai sensasi sastra
- Dalam penghargaan nobel sastra 2025 Laszlo Krasznahorkai berhak 11 juta krona atau setara Rp19,36 miliar
Bacaini.ID, Kediri – Di usia 71 tahun Laszlo Krasznahorkai, penulis asal Hungaria ditahbiskan sebagai peraih Nobel Sastra 2025 yang diumumkan Kamis 9 Oktober 2025.
Laszlo Krasznahorkai yang sudah tidak muda lagi mengaku sempat gugup namun berusaha tetap tenang di tengah arus kabar bahagia yang diterimanya.
Atas penghargaan itu, 11 juta krona atau setara Rp19,36 miliar berhak diterimanya. Penghargaan akan diserahkan Raja Carl XVI Gustaf di Stockholm pada 10 Desember 2025.
Tahun lalu, penghargaan sama (Nobel Sastra 2024) diraih Han Kang, penulis Korea Selatan. Kang penulis perempuan pertama dari Asia yang diganjar nobel sastra.
Sementara Laszlo Krasznahorkai merupakan penulis Hungaria kedua yang menerima nobel sastra. Imre Kertesz jadi pendahulunya (Nobel Sastra 2002)
Mendiang Kertesz terkenal dengan novelnya yang berjudul Fateless yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Novel Satantango
Satantango ditulis Laszlo Krasznahorkai pada 1985 dengan setting situasi Hungaria sebelum runtuhnya komunisme.
Novel pertama yang membuat nama Laszlo kondang di Hungaria dan Jerman, sampai diadaptasi menjadi film pada tahun 1994.
Satantango bercerita tentang sekelompok petani miskin di tengah ladang pertanian kolektif Hungaria yang terbengkalai.
Laszlo menggambarkan dengan kata-kata sugestif yang memikat. Dianggap sebagai terobosan sastra yang visioner di tengah situasi apokaliptik (kiamat), sekaligus menegaskan kembalinya kekuatan seni.
Tumbuh di lingkungan keluarga Yahudi kelas menengah, Laszlo Krasznahorkai lahir 1954 di Gyula, Hungaria sebelah Tenggara yang berbatasan dengan Rumania.
Pengalaman hidup di bawah komunisme menjadi inspirasi novelnya. Laszlo pertama kali meninggalkan Hungaria pada 1987. Ia pindah ke Berlin Barat untuk urusan beasiswa.
The Swedish Academy menyebut novel Laszlo Krasznahorkai sebagai sensasi sastra dengan ciri absurdisme dan grotesque excess.
Sebuah ciri khas para penulis Eropa tengah mulai Frank Kafka hingga Thomas Bernhard. Kalimat-kalimatnya mengalir panjang, berliku tanpa titik.
Bedanya Laszlo mengalibrasi dengan nada Timur yang kontempelatif. Ini dipengaruhi oleh Tiongkok dan Jepang yang membuatnya terkesan saat melakukan perjalanan ke sana.
Selain novel Satantango, cerita pendek dan esai Laszlo Krasznahorkai populer di publik Jerman dan Hungaria.
“Saya sangat bahagia, saya tenang dan sekaligus sangat gugup,” kata Laszlo Krasznahorkai di hari pertama diumumkan pemenang nobel sastra seperti dikutip dari AFP Kamis 9 Oktober 2025.
Penulis: Solichan Arif