Bacaini.ID, BLITAR – Filsuf dan sekaligus kritikus politik radikal Rocky Gerung bersafari ke Kabupaten Blitar Jawa Timur pada Senin malam (15/7/2024). Sebelumnya Rocky dikabarkan berkunjung ke Kabupaten Trenggalek.
Rocky yang datang bersama Dikki Ahmar, mentor Green Energy berada di Pendopo Islam Nusantara (Pinus) Desa Papungan, Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar.
Pinus diketahui merupakan markas aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), khususnya Blitar Raya yang berdiri pada masa Menteri Pemuda dan Olah Raga (Menpora) Imam Nahrawi.
Hadir sebagai bintang tamu acara Ngaji Ngopi bertema Merawat Akal Sehat di Bumi Laya Ika Tantra Adi Raja (Blitar), Rocky Gerung disambut antusias para pengagumnya.
Terlihat ratusan aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan sejumlah aktivis IKA PMII (Ikatan Alumni PMII). Hadir juga para kepala desa, mantan kepala desa, guru, pengusaha dan sejumlah aktivis lembaga swadaya masyarakat.
Bukan Rocky Gerung namanya kalau tidak melontarkan kritik pedas. Baru saja menyandarkan punggung di kursi yang disediakan, Rocky mendapat pertanyaan moderator tentang kesan pertama berada di Blitar.
Rocky dengan enteng mengatakan kantor PMII Blitar kotor dan sontak direspon dengan sorak sorai. “Kantor PMII kotor, semoga otaknya bersih,” ujarnya membuka percakapan.
Rocky juga bertanya tentang berapa jumlah aktivis PMII di Blitar Raya, dan dijawab moderator sekitar 200-an aktivis. Menurut Rocky, jumlah 200-an orang sudah cukup untuk bergerak membuat perubahan.
Juga tidak perlu kehadiran dirinya untuk melakukan provokasi gerakan. “Kalian sudah punya 200 kepala masih minta saya untuk ngomporin?,” kata Rocky Gerung dan lagi-lagi disambut sorak sorai.
Seperti yang sudah lazim dilakukan di mana-mana. Dalam acara Ngaji Ngopi malam itu, Rocky juga mengeritik pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), termasuk Prabowo Subianto.
Rocky berbicara tentang isu lingkungan, mulai limbah tebu dari pabrik gula di Blitar hingga limbah kotoran sapi PT Greenfield. Ia juga bicara soal sejarah mulai Tan Malaka hingga Revolusi Perancis.
Menurut Rocky, soal isu lingkungan dan kerusakannya bukan hanya soal bicara Blitar atau Trenggalek, tapi soal negara memandang kehidupan bernegara. Para aktivis atau warga tidak bisa melarang korporat atau pemodal mengeksplorasi tambang.
Sebab konstitusi telah mengaturnya. Yang menjadi persoalan, banyak perizinan eksplorasi yang tidak dicapai secara demokratis. “Anda tidak bisa melawan mereka karena diatur konstitusi,” katanya.
Dalam forum diskusi itu Rocky memprovokasi para aktivis PMII yang pada bulan Agustus mendatang menggelar Kongres di Palembang. Ia menantang para aktivis membuat petisi sebelum kongres digelar.
Intinya Rocky Gerung menantang PMII berani menyatakan sikap menarik seluruh kader atau alumni yang saat ini berada di lingkaran kekuasaan atau kabinet.
Sebab persoalan etik harus bisa diselesaikan terlebih dulu. “Tarik alumni PMII dari kabinet. Lakukan petisi awal sebelum kongres. Kami akan tarik seluruh kader dari kekuasaan,” tegasnya.
Hal senada disampaikan Dikki Ahmar, mentor Green Energy yang mengatakan mahasiswa memang harus selalu bersikap kritis. Namun sikap kritis yang disampaikan harus dilakukan secara cerdas dan bisa jadi solutif.
“Boleh kritis tapi jangan bodoh,” ujarnya.
Penulis: Solichan Arif