Bacaini.id, JOMBANG – Ratusan kilometer jalan rusak di Kabupaten Jombang hingga saat ini belum mendapat perhatian. Selain pengendara, kerusakan jalan juga berdampak pada perekonomian masyarakat.
Kepala Dinas PUPR Kabupaten Jombang, Bayu Pancoroadi mengatakan berdasarkan data yang ada, dari total 1.215 kilometer jalan di Kabupaten Jombang, 385 kilometer jalan mengalami kerusakan dengan tingkatan yang bervariatif.
“Butuh biaya sekitar 2 triliun untuk perbaikan. Anggaran ini jelas tidak mungkin kita dapatkan secara langsung, harus bertahap,” kata Bayu kepada Bacaini.id, Jumat, 11 Februari 2022.
Bayu menyebut sejumlah ruas jalan yang rusak tersebar di sejumlah titik, mulai dari jalur Tapen Kabuh, Bawangan Ploso hingga ruas Bareng Ngoro. Kerusakan yang terjadi mulai dari jalan mengelupas, berlubang hingga aspal hancur.
Kepala Dinas PUPR menyebut ruas jalan yang rusak berat dan parah akan mendapat prioritas perbaikan. Jalur tersebut merupakan jalur alternatif keluar masuk wilayah Jombang, kawasan wisata, dan penataan jalur dalam kota ke arah kecamatan.
“Ruas jalan Sumobito-Peterongan, perbatasan Mojokerto-Jombang, Jombang-Nganjuk dan penghubung ke Kediri, sudah kita anggarankan pada tahun ini,” sebutnya.
Selain itu jalur yang menuju perbatasan Pare-Malang, ke arah wisata Wonosalam juga akan menjadi prioritas perbaikan tahun 2022 ini. Sedang untuk ruas jalan menuju kawasan wisata, tidak hanya peningkatan kualitas, rencananya jalur-jalur tersebut juga akan diperlebar.
Bayu merinci, ada sekitar 500 ruas jalan kabupaten yang berada di bawah pengawasan Dinas PUPR. Dari jumlah itu, 35 persen diantaranya sudah tak laik dilalui kendaraan. Selain kondisi aspal yang hancur dan mengelupas, juga terdapat banyak lubang yang cukup membahayakan pengguna jalan. Rencananya jalan tersebut akan menjadi prioritas perbaikan tahun ini.
Menurutnya, rata-rata jalan kabupaten yang rusak ini dibangun atau sudah diperbaiki sekitar 3 tahun yang lalu. Diakui Bayu, untuk penataan infrastruktur memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Apalagi selama pandemi, pos anggaran jadi lebih terbatas.
Soal penyebab kerusakan, Bayu menyebut mayoritas disebabkan tidak adanya saluran irigasi di sekitar jalan aspal. Termasuk banyak kendaraan bertonase tinggi melewati jalur yang tidak seharusnya.
“Saat kondisi air tergenang di aspal langsung digencet kendaraan. Itu berpotensi besar merusak jalan berbahan aspal,” ujarnya.
Seperti jalan Tapen – Kabuh yang rusak akibat adanya pengalihan arus saat pembangunan Jembatan Ploso. Banyaknya kendaraan besar yang melewati jalur ini menyebabkan jalur hancur.
Saat musim penghujan, air menggenang di tengah jalan. Hampir seluruh badan aspal di jalan ini telah hilang dan berubah menjadi kolam saat hujan. Kondisi ini, tentu saja menyulitkan para pengguna jalan.
Santo, salah seorang warga mengatakan kerusakan jalan di depan Pasar Tapen ini sudah terjadi sejak 1 tahun lalu setelah pengalihan arus lalu lintas kendaraan Kabupaten Lamongan dan Mojokerto ke jalur ini karena adanya proyek pembangunan jembatan di jalur utama Kecamatan Ploso.
“Kerusakan jalan makin parah saat musim hujan seperti sekarang,” kata warga Tapen ini.
Tidak hanya menyulitkan pengendara, dampak dari jalan rusak ini juga menyebabkan matinya perekonomian warga. Kondisi jalan rusak membuat pemilik kios menutup tokonya karena sepi pembeli.
“Saya juga menutup warung bakso karena jalannya rusak dan pelanggan kesulitan melewatinya. Harapannya bisa segera diperbaiki biar bisa jualan lagi,” ratapnya.
Penulis: Syailendra
Editor: Novira