SANTA CLARA, Bacaini.ID – Di era ketika kemampuan coding kerap disebut sebagai “bahasa masa depan”, CEO NVIDIA Jensen Huang justru menyampaikan pandangan yang seolah menabrak arus utama.
“Tidak perlu belajar coding,” ujar Huang dalam sebuah forum teknologi yang digelar baru-baru ini. “Yang harus Anda pelajari adalah fisika dan matematika.”
Pernyataan itu sontak menjadi pembicaraan hangat di kalangan pelaku teknologi, pendidik, hingga warganet. Bagaimana mungkin seorang pemimpin perusahaan teknologi terkemuka dunia — yang produknya menjadi fondasi utama pengembangan kecerdasan buatan (AI) — menyarankan untuk meninggalkan coding?
Namun jika ditelaah lebih dalam, gagasan Huang justru mencerminkan arah baru dunia teknologi: manusia tidak lagi menulis kode baris demi baris, tetapi cukup memformulasikan ide — sementara AI yang akan menuliskannya.
“Di masa depan, kita tidak perlu menulis kode. Kita akan bicara pada komputer dalam bahasa manusia. AI akan melakukannya untuk kita,” ujar Huang, seperti dikutip dari NVIDIA GTC Conference 2024.
Coding Bukan Tujuan Akhir
Bagi Huang, kemampuan menulis kode hanyalah alat, bukan esensi. Yang jauh lebih penting, katanya, adalah memahami dasar-dasar bagaimana dunia bekerja — dan itu tertanam dalam fisika serta matematika.
“Yang kita butuhkan adalah pemahaman konsep: bagaimana sistem berjalan, bagaimana hukum fisika memengaruhi teknologi, dan bagaimana logika matematika mendasari algoritma,” jelas Huang.
Pandangan ini tentu menarik, terutama jika dikaitkan dengan peran NVIDIA dalam revolusi kecerdasan buatan. GPU besutan mereka bukan hanya alat grafis, tetapi juga otak dari model-model AI seperti ChatGPT dan sistem deep learning lainnya. Dan semua itu, kata Huang, dibangun dari fondasi sains, bukan hanya barisan kode.
Isyarat untuk Dunia Pendidikan?
Apa yang disampaikan Huang bisa menjadi refleksi besar bagi dunia pendidikan. Haruskah sekolah dan universitas tetap menjadikan coding sebagai fokus utama kurikulum, atau justru lebih menguatkan pemahaman logika, ilmu eksakta, dan keterampilan berpikir kritis?
Menurut Andre Ardi, dosen ilmu hubungan internasional Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang memiliki Laboratoriun M-Data Analytics, “Pernyataan Huang bukan berarti coding tidak penting, tetapi menempatkan coding sebagai keterampilan sekunder. Yang utama adalah kerangka berpikir.”
Ia menambahkan bahwa matematika dan fisika bukan hanya soal rumus, melainkan tentang pola, model, dan pemahaman mendalam terhadap sistem — hal yang dibutuhkan dalam dunia AI dan teknologi masa depan.
AI Menulis Kode, Manusia Merancang Visi
Dengan hadirnya AI generatif, peran manusia dalam teknologi sedang bergeser. Kita tak lagi harus menjadi programmer untuk membangun aplikasi, tetapi menjadi visioner yang memahami sistem, tujuan, dan solusi.
Dan seperti yang ditunjukkan Huang, ilmu yang tetap relevan dari masa ke masa bukanlah bahasa pemrograman yang bisa usang, melainkan ilmu dasar yang mengajarkan kita cara berpikir.
“Anda bisa menyerahkan coding pada AI. Tapi hanya manusia yang bisa memahami mengapa sesuatu harus dibuat karena manusia memiliki akal dan budi,” pungkasnya.
Penulis : Danny Wibisono
Editor : Hari Tri Wasono