Bacaini.ID, DENPASAR – Direktur gerai Mie Gacoan di Denpasar dilaporkan polisi karena dugaan pelanggaran hak cipta. I Gusti Ayu Sasih Ira, direktur perusahaan waralaba tersebut kini telah ditetapkan sebagai tersangka.
Keputusan ini diambil setelah adanya laporan dari Selmi Sentra Lisensi Musik Indonesia (Selmi) yang menuduh Mie Gacoan menggunakan lagu-lagu secara komersial tanpa membayar royalti.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa kerugian akibat penggunaan musik tanpa izin ini diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Kabid Humas Polda Bali, Kombes Ariasandu, membenarkan bahwa proses penyidikan telah dilakukan sejak awal tahun 2025 dan berujung pada penetapan status tersangka terhadap Sasih Ira.
Dikutip dari portal resmi tribratanews.polri.go.id, Kabid Humas Polda Bali Kombes Pol. Ariasandy menerangkan, kasus ini berawal dari pengaduan masyarakat pada 26 Agustus 2024. Kemudian, dilakukan penyelidikan dan kasusnya dinaikan ke penyidikan pada 20 Januari 2025.
“Pelapor merupakan salah satu Lembaga Manajemen Kolektif (LMK) yang ada di Indonesia, yaitu Sentra Lisensi Musik Indonesia (SELMI) dalam hal ini diwakili oleh saudara Vanny Irawan selaku Manajer Lisensi sesuai surat kuasa yang diberikan oleh Ketua SELMI,” jelas Kombes Pol. Ariasandy dalam keterangan resmi, Senin (21/7/25).
Meskipun sudah berstatus tersangka, Sasih Ira hingga kini belum ditahan. Ia menjelaskan, penetapan tersangka itu dilakukan karena tanggung jawabnya sebagai direktur. Namun, tersangka Ira belum dilakukan penahanan.
“Tersangka dijerat Pasal 117 dan/atau Pasal 24 Undang-Undang Hak Cipta dengan ancaman hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp1 miliar,” ujarnya.
Atas adanya kasus ini memicu beragam komentar dari warganet dari beragam platform.
@Rara_kopi (X): “Wah, ini bikin takut ya. Saya kira selama ini pakai lagu dari YouTube atau Spotify itu sudah legal. Ternyata ada aturannya lagi. Ini jadi pelajaran penting buat saya untuk lebih hati-hati dan mencari tahu soal lisensi musik.”
@Andi_musik (Instagram): “Sudah seharusnya begini! Banyak orang menganggap musik itu gratisan. Padahal di balik setiap lagu, ada kerja keras pencipta, musisi, dan produser yang harus dihargai. Royalti itu bukan sekadar uang, tapi juga napas bagi keberlangsungan industri musik.”
@Dedi_kuliner (TikTok): “Agak berlebihan menurut saya. Apa bedanya memutar musik di warung dengan memutar di rumah? Kalau memang harus bayar, harusnya sosialisasi dari pemerintah atau lembaga terkait lebih gencar, jangan langsung main pidana. Ini bisa mematikan usaha kecil.”
@Lia_suka_makan (Twitter): “Saya suka Gacoan karena suasananya asik, termasuk musiknya. Tapi kalau ternyata mereka enggak bayar hak cipta, ya itu salah. Karya orang lain harus dihargai, apalagi untuk kepentingan bisnis. Semoga ini jadi momentum agar semua pihak lebih sadar hukum.”
Penulis: AK Jatmiko
Editor: Hari Tri Wasono