Bacaini.id, KEDIRI – Puluhan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi mengikuti kaderisasi Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Selama tiga hari mereka mempelajari ideologi marhaenisme di Situs Ndalem Pojok Persada Soekarno Kediri.
Ketua DPC GMNI Kediri M. Abdul Roziqin mengatakan peserta kaderisasi ini merupakan tindak lanjut dari Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB). Mereka berasal dari sejumlah perguruan tinggi di Kediri yang tergabung dalam keanggotaan GMNI.
“Kaderisasi tingkat dasar adalah proses pengkaderan tingkat pertama yang ditujukan bagi mahasiswa yang telah disahkan sebagai anggota GMNI melalui PPAB. Para calon kader harus dapat memahami marhaenisme secara menyeluruh, tidak tekstual dan parsial,” kata Roziqin kepada Bacaini, Senin 9 Januari 2023.
Dengan pemahaman ideologi yang baik, para kader diharapkan mampu melaksanakan perjuangan secara konsisten, mulai dari metode berpikir yang dipakai, pola gerakan yang digunakan, serta disiplin gerakan yang dianut.
Roziqin menambahkan, selama proses KTD, para calon kader mendapatkan materi yang akan menunjang penggemblengan diri anggota. Materi tersebut antara lain: Filsafat; Nasionalisme Indonesia; Marhaenisme; Sarinah Dalam Perspektif Gerakan; Ekonomi dan Politik Indonesia; Metode Berpikir Marhaenisme; Manajemen Organisasi GMNI; Kader Sebagai Subyek Gerakan; serta Propaganda dan Agitasi.
Roziqin berharap makin banyak mahasiswa di Kediri bergabung dalam GMNI, sehingga meningkatkan kualitas pemikiran mahasiswa sebagai kekuatan kontrol negara.
Ketua Pelaksana KTD Fenolia Intan Saputri menjelaskan penggemblengan itu dilakukan di Situs Ndalem Pojok Persada Soekarno, yang terletak di Dusun Krapyak, Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Kegiatan dilakukan selama tiga hari mulai 6-8 Januari 2023.
“Pemberian materi cukup padat, mulai pagi hingga malam. Peserta tidur dan makan dengan fasilitas seadanya. Alhamdulillah tetap antusias di tengah kelelahan fisik dan mengantuk. Inilah kaderisasi,” kata Fenolia.
Situs Ndalem Pojok
Situs Ndalem Pojok Persada Sukarno atau dikenal dengan Situs Bung Karno dipilih menjadi tempat pelaksanaan kaderisasi GMNI. Situs ini merupakan tempat bersejarah yang menjadi saksi perjalanan hidup Ir. Soekarno.
Hubungan Bung Karno dengan Ndalem Pojok bermula saat sang proklamator masih bernama Koesno. Pada 28 Desember 1901, Raden Soekemi (ayah Bung Karno) dimutasi oleh pemerintah kolonial menjadi guru di Ploso, Jombang. Saat itu Koesno yang masih berusia 6 bulan sering sakit-sakitan karena hidup pada daerah kering dan berkapur di deretan Pegunungan Kabuh.
Khawatir dengan kondisi anaknya, Raden Soekemi membawanya ke seorang yang berkemampuan lebih, yakni RM. Soemosewojo yang dikenal sebagai Denmas Mendung. Dia mensyaratkan jika ditakdirkan sembuh, anak tersebut akan diambil sebagai anak angkatnya dan namanya berganti menjadi Soekarno.
Di Ndalem Pojok inilah Soekarno kecil dirawat. Dia tumbuh menjadi anak yang sehat dan lincah.
Saat beranjak dewasa, Soekarno masih sering mengunjungi Ndalem Pojok dan bersilaturahmi dengan ayah angkatnya, RM. Soemosewojo. Tak jarang dia mengajak rekan-rekannya ke Ndalem Pojok.
Ruang tamu Ndalem Pojok adalah saksi tempat berdiskusinya Soekarno dengan dr. Cipto Mangunkusumo, RMP. Sosrokartono, dan HOS. Tjokroaminoto tentang nasib bangsa ke depannya. Beringin tua yang berukuran raksasa di halaman Ndalem Pojok juga menjadi tempat latihan pidato Soekarno didampingi gurunya, HOS. Tjokroaminoto.
Penulis: Novira Kharisma
Tonton video: