Bacaini.ID, KEDIRI – Aksi unjuk rasa pegawai Kantor Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek), Senin, 20 Januari 2025 menjadi perhatian masyarakat. Tak sedikit yang mencari tahu profil Menteri Prof. Ir. Satryo Soemantri Brodjonegoro yang dinilai arogan oleh anak buahnya.
Berikut profil Satryo Soemantri Brodjonegoro dari hasil penelusuran Tim Litbang Bacani.ID menggunakan Big Data dan teknologi kecerdasan buatan (AI):
Satriyo Brojonegoro yang juga dikenal sebagai Satryo Soemantri Brojonegoro adalah seorang akademisi dan politisi yang dilantik menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi dalam Kabinet Merah Putih dengan masa jabatan 2024 hingga 2029.
Satryo lahir di Delft, Belanda pada 5 Januari 1956. Ia merupakan alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) Fakultas Teknik Mesin, sebelum melanjutkan pendidikan doktorat di University of Tokyo. Satryo mendapat gelar Ph.D. Teknik Mesin dari University of California, Berkeley.
Karirnya di dunia pendidikan diawali saat menjadi anggota Tim Japan International Cooperation Agency (JICA) untuk pengembangan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Selanjutnya ia menjadi dosen tamu Teknik Mesin di Toyohashi University of Technology, Jepang, serta Ketua Departemen Teknik Mesin ITB.
Karirnya makin moncer ketika ia menjabat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia periode 1999 – 2007. Ia tercatat berperan dalam reformasi pendidikan tinggi, termasuk pembentukan universitas berbadan hukum.
Satryo juga dipercaya menjadi Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia periode 2018 – 2023. Di lembaga ini ia menginisiasi berbagai program untuk memajukan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Di era rezim pemerintahan Prabowo – Gibran, ia dipercaya menjabat Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi periode 2024 – 2029.
Namun belum seumur jagung jabatannya sebagai menteri, Satryo dikritik anak buahnya karena gaya kepemimpinannya yang dinilai arogan. Bahkan hari ini puluhan pegawai di kementeriannya melakukan aksi unjuk rasa.
Penulis: Hari Tri Wasono