Bacaini.ID, KEDIRI – Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah, Utusan Khusus Presiden RI Prabowo Subianto Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan jadi bulan-bulanan netizen di media sosial.
Miftah dibully oleh warganet di seluruh platform media sosial lantaran candaannya yang mempermalukan Sunhaji, seorang pedagang es teh yang tengah berjualan di acara Magelang Bersholawat.
Peristiwa itu berlangsung 20 November 2024, namun hari ini viral di media sosial. Dalam rekaman video yang heboh itu terlihat Miftah dari atas panggung mengolok-olok Sunhaji dengan kata-kata tak terpuji.
Parahnya, orang-orang yang duduk di samping kanan kiri Miftah terlihat tertawa bahagia menikmati candaan yang oleh netizen dinilai tak beradab.
Ironisnya, salah satu yang tertawa hingga tubuhnya terguncang-guncang diketahui menyandang predikat pengasuh pondok pesantren di Magelang.
Sementara Sunhaji dengan dagangan es teh dan air mineral di atas kepalanya hanya berdiri membisu. Sunhaji diketahui warga Banyusari Grabag Magelang.
Kemarahan warganet sontak meledak di berbagai platform media sosial. Tagar #gusmiftah di platform X seketika viral dengan 1.473 postingan.
“Ilmu tanpa Adab Koyo kewan,” tulis akun X @Pi_IDPioneer di postingan akun @Heraloebss.
“Cangkemu harimau mu..” kata akun @toufan1289437 di postingan @merapi_uncover.
Tidak hanya menghujat, warganet juga menguliti predikat Gus yang disandang Miftah.
Diungkap di media sosial, Miftah diketahui bernama Taim di mana saat masih kuliah pernah menjadi marbot di masjid Mergangsan Yogyakarta.
Warganet juga membeberkan orang tua Miftah yang berasal dari Lampung. Ayah Miftah bukan kiai dan tidak memiliki pondok pesantren.
Sementara lazimnya predikat Gus disematkan kepada anak laki-laki seorang kiai, terutama berlaku di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Miftah diketahui populer sebagai Gus Miftah setelah getol melakukan syiar di tempat-tempat hiburan malam, termasuk lokalisasi.
Informasi yang dihimpun Bacaini.ID, karir kemubalighan Miftah dengan memilih syiar di tempat hiburan malam dimulai setelah nyantri di salah satu pondok pesantren di Sragen Jawa Tengah.
Miftah Minta Maaf, Ditegur Sekkab
Sementara merespon polemik di media sosial yang kian panas, Miftah memutuskan bertemu pedagang es teh Sunhaji.
Pertemuan itu berlangsung di Ponpes Ora Aji, Purwomartani, Kalasan.
Miftah mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada Sunhaji. Ia juga mengaku telah ditegur oleh Mayor Teddy, Sekretaris Kabinet atau Seskab Presiden Prabowo Subianto.
“Saya sudah ditegur oleh bapak Seskab yang hari ini berada di Kupang untuk lebih berhati-hati menyampaikan pendapat dan pidato di depan masyarakat umum,” ujar Miftah dalam YouTube KH Infotainment Rabu (4/12/2024).
Teguran kepada Miftah juga disampaikan oleh Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi. Hasan juga menekankan bahwa Presiden Prabowo Subianto sangat menghormati dan menjunjung tinggi adab terhadap siapapun.
Sementara pertemuan Miftah dengan Sunhaji dalam rangka meminta maaf itu juga tidak luput dari kritikan warganet. Foto-foto Miftah meminta maaf juga beredar luas di media sosial.
Permintaan maaf yang dilakukan Miftah dinilai lebih karena polemik telah viral dan kemudian disusul adanya teguran dari atasan. Andai tidak viral, warganet ragu Miftah akan meminta maaf.
“Minimal kalau mau datang minta maaf, kau datanglah sendiri, dengan penampilan yang bersahaja dengan tujuan minta maaf nafsi-nafsi. Kalau perlu, NDLOSOR! Apa karena bukan pejabat atau tokoh agama yang kau takuti? Tundukkan kepalamu, malu untuk mata ketemu mata saking buruknya kelakuanmu itu kepada seseorang PENCARI NAFKAH HALAL,” tulis akun @mardiasih.
Sementara akun @hudacahjurang mengingatkan dengan mengunggah catatan pendek Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun yang berjudul Kebesaran Orang Kecil.
Cak Nun menulis: Kebanyakan orang kecil adalah orang besar. Mereka bukan hanya berhati tabah, bermental baja dan berperasaan terlalu sabar, tapi juga berkemampuan hidup yang luar biasa.
Mereka sanggup dan rela berjualan beberapa botol air untuk penghidupan primernya. Kita pasti juga sanggup berjualan seperti itu, tapi tidak rela.
Penulis: Solichan Arif