Bacaini.ID, KEDIRI – Fenomena Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM) dengan barak militer menjadi perdebatan tersendiri di media sosial mengenai pola asuh anak.
Selama ini gentle parenting atau pola pengasuhan lembut dikampanyekan melalui berbagai penelitian dan dianggap sebagai pola pengasuhan terbaik.
Sementara mayoritas bangsa timur atau Asia memiliki pola pengasuhan yang cenderung keras atau otoriter. Dalam bahasa media sosial disebut pengasuhan ala VOC.
Psikologi membagi pola pengasuhan menjadi 4 tipe yang masing-masing memiliki sisi positif dan negatifnya sendiri.
Pola Asuh Otoriter
Orang tua otoriter menggunakan cara komunikasi satu arah, yaitu menetapkan aturan ketat yang harus dipatuhi anak tanpa bertanya atau bernegosiasi.
Kesalahan sering kali dibalas dengan hukuman. Orang tua otoriter cenderung kurang mengayomi, menetapkan standar tinggi dengan fleksibilitas terbatas.
Anak-anak dengan orang tua otoriter sering kali menunjukkan perilaku yang baik karena menghindari hukuman.
Namun, gaya pengasuhan ini juga dapat menyebabkan tingkat agresi yang lebih tinggi.
Hal ini terjadi karena kurangnya pehamanan mengelola emosi mereka.
Pola Asuh Otoritatif
Pola asuh otoritatif dicirikan oleh hubungan yang dekat dan penuh kasih sayang antara orang tua dan anak.
Orang tua menetapkan harapan dan pedoman yang jelas serta menjelaskan alasan di balik tindakan disiplin mereka.
Mereka menggunakan metode disiplin sebagai alat pendukung, bukan sebagai hukuman.
Gaya pengasuhan ini umumnya menghasilkan hasil yang paling sehat bagi anak-anak, tetapi membutuhkan kesabaran dan usaha yang cukup besar dari kedua belah pihak.
Pola asuh otoritatif membuat anak mampu mengelola emosi negatif mereka.
Pola pengasuhan ini membutuhkan kesabaran ekstra dari orang tua dan seringkali orang tua dianggap ‘kalah’ dengan anak.
Pola Asuh Permisif
Orang tua yang permisif biasanya hangat dan penuh perhatian, sering kali memiliki ekspektasi yang minimal terhadap anak-anak mereka.
Mereka memberlakukan sedikit aturan dan menjaga komunikasi yang terbuka, sehingga memungkinkan anak-anak mereka untuk menghadapi situasi secara mandiri.
Aturan yang terbatas dapat menyebabkan anak-anak mengembangkan kebiasaan yang tidak sehat. Misalnya jam makan, tidur atau bermain yang semaunya anak.
Secara keseluruhan, meskipun anak-anak dari orang tua yang permisif biasanya memiliki harga diri yang baik dan keterampilan sosial yang baik, mereka mungkin juga impulsif, penuntut, egois, dan sulit memberi batasan pada diri sendiri.
Pola Asuh yang Tidak Terlibat
Pola asuh yang tidak terlibat memberi anak-anak kebebasan yang tinggi, karena orang tua ini biasanya mengambil pendekatan yang tidak ikut campur dalam urusan anak.
Meskipun mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar anak, orang tua tetap terpisah secara emosional dan tidak terlibat dalam kehidupan anak mereka.
Anak-anak dari orang tua yang tidak terlibat mungkin lebih mandiri daripada mereka yang dibesarkan dalam gaya pengasuhan lainnya.
Namun, biasanya pola pengasuhan ini menghasilan anak menghadapi tantangan akademis, dan mengalami kesulitan mempertahankan atau memelihara hubungan sosial.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif