Bacaini.ID, KEDIRI – Sejumlah pohon di berbagai daerah di Indonesia atau Nusantara diyakini sebagian orang keramat.
Bukan hanya makhluk hidup yang memberi oksigen. Sejumlah pohon yang dianggap keramat diyakini memiliki roh dan kekuatan gaib.
Dari desa terpencil hingga kota besar, keberadaan pohon keramat sering dikaitkan dengan cerita mistis, ritual adat, bahkan legenda kuno.
Seringkali, pohon-pohon ini menjadi pusat perhatian masyarakat.
Misalnya untuk berziarah, memohon berkah, hingga sekadar merasakan aura mistis yang menyelimuti.
Fenomena tersebut bukan hanya tentang kepercayaan spiritual, namun mencerminkan hubungan mendalam antara manusia dan alam yang diwariskan turun-temurun.
Asal-usul Pohon Keramat
Kepercayaan tentang pohon keramat sudah ada sejak masa pra-Hindu dan pra-Islam di Nusantara.
Pada masa itu, masyarakat animisme percaya bahwa roh leluhur atau makhluk gaib tinggal di alam sekitar, termasuk pohon besar yang dianggap sebagai ‘penjaga kampung’.
Beberapa contoh pohon yang sering dianggap keramat antara lain:
• Pohon Beringin, simbol perlindungan dan pusat kekuatan spiritual, banyak ditemukan di alun-alun keraton Jawa.
• Pohon Pule, sering digunakan dalam ritual adat di Bali.
• Pohon Asem, dianggap tempat roh leluhur bersemayam di beberapa desa di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
• Pohon Ulin, pohon langka di Kalimantan yang dipercaya memiliki energi pelindung hutan.
Kisah Mistis Pohon Besar di Nusantara
Pohon keramat kerap dikaitkan dengan cerita mistis yang diwariskan secara lisan.
• Beringin Keraton Yogyakarta dan Surakarta yang dipercaya hanya bisa dilewati oleh orang dengan hati bersih saat berjalan dengan mata tertutup.
• Pohon Kiara di Banten yang diyakini tempat bersemayam makhluk gaib penjaga wilayah.
• Pohon Keben di Bali yang dianggap sakral dan sering menjadi bagian dari upacara keagamaan.
Cerita-cerita ini membuat banyak orang merasa segan untuk menebang atau merusak pohon tersebut, sehingga secara tidak langsung pohon ini terlindungi secara budaya.
Budaya dan Pelestarian Alam
Kepercayaan terhadap pohon keramat memiliki dampak positif bagi lingkungan.
Karena dianggap sakral, masyarakat cenderung menjaga pohon dan area di sekitarnya.
Banyak hutan kecil atau hutan larangan di desa yang tetap lestari karena kepercayaan ini.
Disengaja atau tidak, banyak tempat-tempat yang dilindungi oleh pendahulu, dibalut kisah mistis agar masyarakat menjauh.
Sebuah riset dari Journal of Environmental Management menyebutkan bahwa hutan sakral di Indonesia dan Asia Tenggara mampu menjaga keanekaragaman hayati lebih baik dibanding area hutan biasa yang dikelola komersial.
Artinya, kepercayaan mistis ini bukan hanya warisan budaya, tapi juga menjadi strategi budaya sekaligus benteng pelestarian alam.
Era Modern Mengancam Kepercayaan Tradisional
Di era modern, banyak pohon keramat yang terancam karena pembangunan.
Misalnya, pohon beringin tua yang ditebang untuk pembangunan jalan atau area perumahan.
Hal ini sering menimbulkan konflik antara masyarakat adat yang ingin mempertahankan tradisi dan pemerintah atau pihak swasta yang mengejar keuntungan.
Namun, beberapa daerah mulai memanfaatkan pohon keramat sebagai bagian dari ekowisata spiritual, misalnya di Bali dan Kalimantan.
Cara ini tak hanya melestarikan pohon, tapi juga memperkenalkan kearifan lokal kepada generasi muda.
Pohon keramat bukan hanya tentang cerita mistis, melainkan juga cerminan filosofi hidup masyarakat Nusantara yang menghormati alam.
Namun perkembangan zaman, seringkali mengaburkan makna filosofi yang terkandung dalam kepercayaan-kepercayaan tradisional masyarakat.
Tuduhan-tuduhan melanggar norma agama, atau bahkan menganggap kepercayaan tradisional tidak lagi relevan terhadap perkembangan zaman secara tidak langsung mengancam ekosistem sekitar.
Melestarikan pohon keramat berarti menjaga keseimbangan alam dan budaya, serta menghormati sejarah panjang yang telah mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif