Bacaini.id, KEDIRI – Tak hanya menjungkirbalikkan toko, pedagang kaki lima di Jalan Doho Kota Kediri juga tumbang. Dari seluruh PKL yang ada, hanya satu persen saja yang tetap jualan.
Kondisi pahit yang dialami pedagang kaki lima di Jalan Doho ini bukan isapan jempol. Meski tak ikut memiliki toko, namun mereka juga harus menutup usaha seiring pemberlakukan PPKM Level 4. “Kalau jalannya ditutup, lampu dimatikan, mana bisa kami jualan,” kata Nur Badik, Ketua Paguyuban Dhoho Raya yang membawahi lebih dari 100 PKL, Rabu 18 Agustus 2021.
Sejak pemberlakuan PPKM yang berujung penutupan Jalan Doho, sedikitnya 115 PKL yang gulung tikar. Jumlah itu belum terhitung pedagang yang tidak masuk keanggotaan paguyuban.
“Beberapa (pedagang) ada yang masih ngeyel jualan mulai jam 9 malam. Tapi kalau tidak ada yang beli mau dapat apa,” kata Badik.
baca ini Toko Pakaian Jalan Doho Paling Remuk Dihantam Pagebluk
Kondisi yang dialami para PKL memang parah. Bayangkan saja, mereka baru bisa jualan setelah toko tutup karena memanfaatkan trotoar. Jika pemilik toko menutup gerai pukul 19.00 WIB, para PKL hanya mendapat jatah berjualan beberapa menit saja. Karena pada saat yang sama petugas mulai melakukan penutupan jalan dan penertiban pedagang.
Menurut Nur Badik, penutupan kawasan Jalan Doho patut dipertanyakan karena dianggap tebang pilih. Sebab di tempat lain, di ruas jalan berbeda, para pedagang tetap bisa berjualan sampai malam. Sementara penutupan Jalan Doho dilakukan setiap malam tanpa jeda.
“Pedagang di Jalan Brawijaya buka sampai malam, masih ada yang beli dan makan di sana. Kenapa tidak ditutup semua, berhenti satu berhenti semua,” katanya.
Akibat kondisi ini semua anggota yang masuk paguyuban mengeluh. Mereka tidak mendapatkan penghasilan sama sekali. Sebagai ketua paguyuban, Nur Badik merasa harus menanggapi keluhan anggotanya.
Salah satu upaya yang dia lakukan adalah mencari bantuan, terutama dari Pemerintah Kota Kediri. Sayangnya bantuan tersebut hanya disalurkan melalui kelurahan, tidak secara khusus diberikan kepada PKL yang terdampak.
“Saya sampai ngemis cari bantuan. Alhamdulillah kemarin 100 PKL dapat bantuan sembako dari warga secara pribadi. Mbok ya, Pak Walikota bantu kita juga secara pribadi,” ujarnya.
Keluhan yang sama disampaikan pedagang angkringan di Jalan Doho. Selama masa PPKM mereka tidak membuka usaha sama sekali. Alasannya sama, tak ada pembeli yang bisa lewat.
Salah satu pemilik angkringan, Nowo Doso mengungkapkan dirinya sama sekali tak mendapat penghasilan dari angkringan. Jika biasanya dia bisa membawa pulang Rp 500 ribu dalam semalam, kini tak ada apa-apa lagi.
Dalam masa sulit seperti ini, Nowo dituntut bertahan dengan mencari peluang usaha lain. Jika tidak, ekonomi keluarganya bisa remuk.
“Kalau nunggu pandemi atau PPKM selesai, tidak bisa. Sampai sekarang nasib kami sebagai pedagang kecil juga tidak jelas. Mau tidak mau kita harus tetap bertahan, mungkin salah satu upayanya beralih usaha lain sementara waktu,” ungkapnya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Videografer: Dulrahman
Tonton video:





