Ringkasan Berita
- PGRI Trenggalek menolak guru dijadikan tester makanan program MBG
- PGRI menilai soal kualitas makanan program MBG menjadi tanggung jawab BGN dan SPPG
- Peran guru dalam program MBG hanya memastikan jumlah siswa penerima manfaat
Bacaini.ID, TRENGGALEK – Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Trenggalek menolak rencana pelibatan guru sebagai tester dalam program nasional Makan Bergizi Gratis (MBG).
PGRI menilai pengawasan terhadap kualitas makanan sepenuhnya menjadi tanggung jawab Badan Gizi Nasional (BGN) dan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Mereka yang dianggap memiliki tenaga ahli.
Ketua PGRI Trenggalek, Catur Winarno mengatakan Pemkab Trenggalek sebelumnya telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk mengontrol pelaksanaan MBG di setiap sekolah.
Dalam struktur Satgas tersebut, sejumlah guru memang dilibatkan sebagai penanggung jawab pelaksanaan program di sekolah masing-masing.
“Di beberapa sekolah sudah ada guru yang menjadi koordinator pelaksanaan distribusi MBG,” ujar Catur, Selasa (14/10/2025).
Baca Juga: 23 SPPG di Trenggalek Tak Bersertifikat Bebas Laksanakan MBG
Namun, lanjutnya, peran guru sebagai koordinator MBG terbatas pada memastikan setiap siswa telah menerima makanan bergizi yang didistribusikan dari SPPG.
Para guru juga bekerja sama dengan perwakilan siswa di setiap kelas agar proses distribusi berjalan lancar.
“Jadi guru yang menjadi koordinator itu tidak akan terganggu tugas utamanya sebagai pendidik,” terangnya.
Baca Juga: Program MBG di Trenggalek Kacau, Wabup: Tak Bisa Komentar
Terkait wacana guru dijadikan tester makanan sebelum dikonsumsi siswa, Catur menegaskan penolakannya.
Menurutnya, hal itu tidak relevan karena di setiap SPPG dan BGN sudah ada tim gizi serta juru masak profesional yang bertanggung jawab terhadap mutu dan keamanan makanan.
“Jika guru harus menjadi tester program MBG, kami menolak. Kami meminta agar SPPG mengoptimalkan unsur yang sudah ada,” tegasnya.
Ia menambahkan, selama tim BGN dan SPPG bekerja secara optimal, kualitas makanan yang disajikan untuk siswa diyakini aman dan memenuhi standar gizi.
“Sudah ada tim gizi dan juru masak. Ketika tim bekerja maksimal, yakin tidak akan terjadi apa-apa,” imbuhnya.
Catur juga menilai pelaksanaan program MBG di Trenggalek masih perlu evaluasi berkala agar layanan terhadap siswa semakin baik.
“Kami mendorong agar evaluasi terus dilakukan, supaya pelayanan kepada siswa bisa ditingkatkan,” pungkasnya.
Penulis: Aby Kurniawan
Editor: Solichan Arif