• Login
  • Register
Bacaini.id
Tuesday, September 2, 2025
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL
No Result
View All Result
Bacaini.id

PG Meritjan Kediri, Sempat Menjadi Pabrik Senjata Perang di Masa Penjajahan Jepang

ditulis oleh redaksi
16/12/2020
Durasi baca: 4 menit
917 38
0
PG Meritjan Kediri, Sempat Menjadi Pabrik Senjata Perang di Masa Penjajahan Jepang

PG Meritjan Kediri. Foto: Bacaini/Karebet

KEDIRI – Pemakaian mesin uap menjadi salah satu alasan kenapa Pabrik Gula Mritjan di wilayah kelurahan Merican, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri berdiri bersebelahan dekat dengan aliran Sungai Brantas. PG Mritjan berdiri mulai tahun 1903, dan sampai hari ini masih beroperasi.

Saat awal berdiri, seluruh mesin pabrik digerakkan tenaga uap. Semua ketel yang ada bergantung pada air sungai Brantas. Begitu juga tempat pembuangan limbah. Termasuk lokomotif pengangkut bahan baku serta hasil pabrik gula, semuanya memakai tenaga mesin uap.

Sejarawan Kota Kediri, Sigit Wiatmoko menyebut, pembangunan PG Mritjan didahului berdirinya Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM) pada tahun 1895. Di masa itu, kata Sigit, sudah ada pabrik gula di sekitar wilayah Kediri. Masa itu merupakan masa kejayaan alat transportasi trem.

Yakni salah satu transportasi penunjang ekonomi pemerintah Hindia Belanda untuk mengangkut hasil bumi. “Kediri dilirik karena tanahnya adalah tanah vulkan, tanpa dipupuk tanah ini sudah sangat subur, dan ini menarik untuk mereka,” tutur Sigit kepada Bacaini.id.

Konstruksi bangunan PG Meritjan secara umum tidak banyak berubah. Memasuki area pabrik, terlihat tembok tinggi, tebal, sekaligus menjulang. Beberapa bagiannya nampak terkelupas di sana sini. Sebuah kerusakan kecil yang tidak berarti.

Terlihat juga sebuah cerobong asap lawas yang tidak pernah bergeser dari tempatnya. Pada permukaanya tergurat tulisan PG Meritjan 1939. Pada sudut lain, yakni sisi barat, sebuah lokomotif bermesin uap terparkir di halaman kantor. Ada juga rangkaian lori yang masih berfungsi. “Di musim giling masih digunakan mengangkut tebu menuju penggilingan,” kata salah satu pekerja pabrik.

PG Meritjan Kediri. Foto: Bacaini/Karebet

Dalam tulisan “Gula”, Sarjadi Soelardi Hardjosoepoetro menyebut, pendirian De Nederlanse Handel Maatschppij (NHM) pada tahun 1824, sebagai tonggak berdirinya pabrik gula bermesin di Hindia Belanda. NHM menggeser kewenangan VOC. Sejak saat itu daerah penghasil gula sebelumnya, yakni seputar Jakarta dan Banten, ditinggalkan.

Sebagai gantinya, bermunculan pabrik pabrik gula baru yang tersebar di sejumlah daerah, tingkat kabupaten. “Karena begitu pentingnya komoditi gula sebagai pengisi kas pemerintah kolonial, maka dalam tahun 1830 diberlakukan peraturan Cultuurstelsel atau tanam paksa bagi budidaya gula”, tulis Sarjadi Soelardi Hardjosoepoetro.

Di masa itu pemerintah kolonial menjalin kontrak dengan para pengusaha pabrik gula. Mereka diminta mengolah tebu menjadi gula pasir. Pengusaha pabrik gula umumnya pengusaha swasta. Termasuk PG Meritjan Kediri. Hanya di beberapa daerah, operasional pabrik gula milik pemerintah dipimpin pegawai pemerintah (ambtenaren).

Namun rata-rata mereka (ambtenaren) gagal menjalankan bisnis gula. Dalam kerjasama dengan pemerintah kolonial tersebut, pengusaha pabrik gula mendapat bantuan kredit permodalan.

“Kalau produksi gula pada akhir zaman tanam paksa (1878) baru mencapai rata rata 6 ton per hektar, maka di tahun berikutnya meningkat terus dengan mencapai puncaknya di tahun 1940 dengan produksi rata rata 17,6 ton gula per hektar,” kata Sarjadi Soelardi Hardjosoepoetro dalam catatan “Gula”.

Sejarawan Sigit Wiatmoko mengatakan, kejayaan industri gula tidak berlangsung lama. Saat krisis ekonomi (malaise) melanda dunia, bisnis gula di Hindia Belanda ikut terimbas, termasuk PG Meritjan Kediri. “Pabrik (PG Meritjan Kediri) berhenti total sampai tahun 1933,” kata Sigit.

Catatan “Gula” menyebut, Malaise dimulai tahun 1931 dan berlangsung selama lima tahun. Banyak gula di Jawa yang menumpuk di gudang karena kesulitan ekspor. Dari sebanyak 179 PG yang beroperasi di tahun 1930, hanya tersisa 35 pabrik pada tahun 1936. Namun seusai resesi, yakni tahun 1940, jumlah PG yang berproduksi bertambah menjadi 92 pabrik.

Menurut Sigit, selepas resesi, masa kejayaan PG Meritjan hampir kembali. Namun tidak berselang lama penjajah Jepang datang dan menghentikan seluruh produksi. “Jepang menguasai dan saat itu pabrik nyaris nol produksi,” papar Sigit.

Dalam keadaan tidak berproduksi, Jepang mengalihfungsikan PG Meritjan sebagai pabrik pembuatan senjata perang. Situasi ini berlangsung hingga Jepang kalah di Perang Dunia II dan menyerah kepada tentara sekutu. Seiring proklamasi kemerdekaan, kepemilikan PG Meritjan diambil alih oleh PTPN.

“Di tangan PTPN kembali difungsikan sebagai pabrik gula,” tambah Sigit. Di awal masa kemerdekaan itu, situasi politik masih tidak menentu. Pendudukan dan penjarahan oleh laskar rakyat terhadap aset aset penting yang ditinggalkan Jepang terjadi di mana mana. Rakyat tidak ingin Belanda yang datang dengan membonceng tentara Inggris (NICA) kembali menguasai aset yang ditinggalkan Jepang.

Peristiwa itu berlangsung pada tahun 1948 atau tiga tahun paska proklamasi kemerdekaan. Rakyat yang marah membakar sejumlah pabrik gula di wilayah Kediri, yakni PG Purwoasri, PG Pelemahan, PG Bendo dan PG Minggiran. Sedangkan PG Meritjan menjadi salah satu aset yang selamat dari penjarahan.

“Saat itu karena tidak ada kontrol ini milik siapa. Belanda bukan, Indonesia bukan, Jepang juga bukan.  Terjadi pada tahun 1948 dan di masa transisi kekuasaan itu PG Meritjan termasuk yang selamat,” pungkas Sigit.

Penulis: Karebet, Garendi
Editor: Garendi

Print Friendly, PDF & EmailCetak ini
Tags: PG Meritjansejarah pabrik gula
Advertisement Banner

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recommended

mobil wabup Blitar tanpa nopol saat terjadi kecelakaan

Polisi Akui Mobil Wabup Blitar Tanpa Nopol Adalah Pelanggaran, Tapi…

Hancur Lebur, Kantor DPRD Kota Kediri Dipindah ke GNI

Hancur Lebur, Kantor DPRD Kota Kediri Dipindah ke GNI

ASN Tulungagung diinstruksikan tidak memakai kendaraan dinas

Imbas Rusuh, ASN di Tulungagung Dilarang Pakai Kendaraan Dinas

  • Bupati Blitar merayakan puncak hari jadi yang dibayangi isu gratifikasi

    Isu Gratifikasi Membayangi Puncak Hari Jadi Blitar

    2895 shares
    Share 1158 Tweet 724
  • Huru-hara Aksi Massa di Blitar Ambyar Dilawan Warga

    663 shares
    Share 265 Tweet 166
  • Wabup Blitar Unggah Video Laka BMW M4, Warganet: Kirain Lagi Mendem

    586 shares
    Share 234 Tweet 147
  • Kepemilikan tanah dengan Letter C, Petuk D, dan Girik mulai tahun 2026 tidak berlaku. Mulai urus sekarang juga !

    15528 shares
    Share 6211 Tweet 3882
  • Djarum Grup Akuisisi Bakmi GM, Pendapatannya Bikin Melongo

    16613 shares
    Share 6645 Tweet 4153

Bacaini.id adalah media siber yang menyajikan literasi digital bagi masyarakat tentang politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan keamanan, hiburan, iptek dan religiusitas sebagai sandaran vertikal dan horizontal masyarakat nusantara madani.

© 2020 - 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber
  • Beriklan
  • Redaksi
  • Privacy Policy
No Result
View All Result
  • BERANDA
  • BACA
  • SOSOK
  • EKONOMI
  • BACAGAYA
  • INTERNASIONAL
  • OPINI
  • TEKNO & SAINS
  • REKAM JEJAK
  • PLURAL
  • HISTORIA
  • INFORIAL

© 2025 PT. BACA INI MEDIA. Hak cipta segala materi Bacaini.ID dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist