Bacaini.ID, KEDIRI – Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (PERPADI) memastikan untuk menyerap gabah dari petani. Mereka juga mendukung upaya pemerintah mewujudkan Swasembada Pangan 2025.
Ketua PERPADI Kediri, Beny Setyawan menegaskan jika kabar Bulog tidak menyerap gabah petani di Nganjuk adalah keliru. Selama ini para pemilik usaha penggilingan padi yang menjadi mitra Bulog terus mengerjakan pengeringan gabah dari serapan petani Nganjuk dan Kediri.
“Bulog Kediri sudah menjadi nomer satu serapan beras. Gabahnya melampaui target yang ditentukan oleh Bulog sendiri,” terang Beny, Jumat, 28 Maret 2025.
Penyerapan gabah Bulog Kediri sudah mendekati angka 154,19 persen. Gabah dari petani Nganjuk dan Kediri sampai akhir Maret 2025 mencapai 18.394.455 kg atau 18 ribu Ton lebih.
“Namun memang ada keterbatasan kapasitas mesin driyer (pengering) gabah yang tidak seimbang dengan hasil panen raya,” tambah Beny.
Saat ini terdapat 14 pengusaha penggilingan beras yang menjadi Mitra Bulog Kediri yang siap menerima gabah dari petani untuk diproses. Bulog selalu membuka kesempatan kemitraan pada pemilik penggilingan padi bergabung dalam proses penyerapan gabah dan beras sesuai sarana yang dimiliki.
Namun sayangnya, kualitas gabah yang diserap dari petani sangat rendah. Selain basah, banyak biji hampa dan sampah daun padi sehingga mempersulit proses pengeringan di tingkat mitra.
Proses pengeringan yang seharusnya bisa selesai 10-12 jam, bisa mencapai 40 jam. Hal ini membuat biaya membengkak dan mengakibatkan kerusakan mesin pengering. Selain itu membuat hasil rendemen beras sangat rendah.
Karena itu para mitra lebih fokus memilih kualitas barang yang standard agar lebih cepat diproses dan tidak menggangu proses kuota penyerapan gabah.
“Kami sekarang fokus dulu dengan apa yang sebelumnya menjadi tanggung jawab kami terkait pemrosesan menjadi hasil giling, kebetulan serapan gabah paling banyak dari wilayah Nganjuk. Rata rata Bulog Kediri itu nyerapnya justru dari Nganjuk. Sedangkan kapasitas driyer seluruh mitra sekitar 500 ton/ hari, sedangkan hasil panen dari Nganjuk dan Kediri mencapai lebih dari 500 ton/ hari,” kata Beny.
Hal senada disampaikan Afnan Subagio, pemilik penggilingan gabah. Menurutnya gabah dan padi dengan kualitas rendah akan memperlambat program swasembada. “Karena gabah dengan kualitas rendah juga akan menghasilkan beras dengan kualitas rendah pula,” terangnya.
Penulis: A.K. Jatmiko
Editor: Hari Tri W