Bacaini.ID, KEDIRI – Banyak pasangan yang tidak menyadari mereka sedang berada dalam kehidupan paralel pernikahan.
Semua memang telihat normal dan baik-baik saja. Tinggal serumah, menjalani rutinitas, dan rutin berhubungan seksual.
Kemudian bertanggung jawab pada kewajiban masing-masing dan standar kehidupan suami istri lain.
Seiring bertambahnya usia pernikahan, ada kalanya pasangan terjebak dalam pola yang merusak hubungan tanpa sadar. Kehidupan pernikahan yang hambar.
Salah satu pola spesifik yang menjebak tersebut adalah kehidupan paralel. Situasi kebersamaan namun minim interaksi.
Menempati ruang fisik yang sama tanpa berbagi hal berarti apapun. Seperti ketika duduk bersama namun masing-masing sibuk dengan gadget.
Atau ketika berdua dalam mobil namun tidak lagi ada obrolan hangat dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Jarang berinteraksi akan membuat pasangan menjadi mati rasa. Mematikan gairah dan ikatan emosional.
Proses ini berlangsung lambat tanpa disadari karena semua terasa normal dan baik-baik saja.
Sampai pada satu titik mereka menyadari telah jauh secara emosional dan kehilangan rasa.
Dikutip dari The Sun, menurut pakar, gadget adalah penyebab terbesar kehidupan paralel yang terjadi dalam pernikahan.
Baik itu hanya untuk kesenangan, menggulir media sosial tanpa henti atau doom scrolling, maupun sibuk dengan pekerjaan yang terkoneksi di gadget.
Kegiatan adiktif ini secara instan menghasilkan rasa senang dan kepuasan. Secara perlahan akan ‘menggantikan’ posisi pasangan dan menjadi abai pada interaksi yang bermakna.
Kehidupan paralel yang terjadi dalam pernikahan juga terjadi akibat dari masalah kecemasan. Menghindari konflik dalam hubungan.
Membuat jarak dalam hubungan menjadi cara untuk menghindari konflik dan keruwetan rumah tangga.
Walaupun terasa normal dan baik-baik saja, kehidupan paralel ini harus segera diatasi. Perasaan yang mati berpotensi merusak hubungan rumah tangga.
Kedekatan emosional pada pasangan bisa dihangatkan kembali dengan berkomunikasi secara intens, menjauhkan gangguan seperti ponsel, ketika sedang bersama.
Atau terlibat dalam kegiatan berdua yang produktif seperti ikut dalam komunitas tertentu.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif