KEDIRI – Menjadi penyandang disabilitas tak lantas membuat Laela Nadliffah Sutiono pasif. Dalam keterbatasannya, ia menulis dan merilis buku berjudul ‘Melodi Cinta PPL’ yang menarik kekaguman banyak orang.
Dalam buku tersebut, perempuan 24 tahun itu menceritakan kisah persahabatan anak-anak difabel yang berada di Rehabilitasi Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso Surakarta, dengan mahasiswa yang melakukan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). “Buku itu menceritakan persahabatan anak-anak di RC, dengan mahasiswa yang sedang PPL,” katanya, 28 Oktober 2020.
Laela juga menyebut, kisah yang ditulis merupakan kisah nyata yang dialaminya saat berada di panti. “Cerita ini saya tulis karena dulu melihat banyak PPL disana, dan teman2 penyandang difabel merasa takut kepada mahasiswa PPL,” ceritanya pada bacaini.
Saat itu, Laela merasa kasihan dengan mahasiswa PPL yang sangat kesulitan ketika berkomunikasi dengan penyandang difabel. Menurutnya, teman-teman difabel merasa trauma dan khawatir, jika PPL menyalahgunakan privasi mereka.
Dengan alasan itulah, Laela merasa simpati, kemudian mulai mendekati PPL. Akhirnya saat sudah dekat dengan mahasiswa, apa yang dikhawatirkan teman-temannya terbukti salah. “Ternyata ya semua sama saja, mereka sangat baik, saya malah bisa bertukar pikiran dan berbagi pengalaman dengan mereka, dan sejak itu saya lebih dekat dengan mahasiswa PPL,” cerita Laela.
Laela berharap, kisahnya di dalam buku bisa menjadi inspirasi untuk teman-teman penyandang disabilitas yang lain. “Semoga buku ini bisa bermanfaat untuk semua kawan-kawan penyandang disabilitas lainnya khususnya di Kediri,” ungkapnya.
Selain bercerita soal buku, kepada Bacaini.id, perempuan yang kini tinggal di Desa Gogorante itu juga menceritakan semua kisah pilu yang dirasakannya sejak usia 3 tahun. Diusia yang masih sangat dini, dengan keterbatasan yang dimilikinya, Laela harus ditinggal ibunya yang meninggal karena sakit.
Setelah kematian ibunya, Laela tinggal bersama ayah dan juga adiknya. Selain itu, Laela juga dekat dengan kakek dan neneknya yang tinggal di Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Laela terpaksa dititipkan disana ketika bapaknya harus bekerja.
Sejak ditinggal ibunya, ayah menjadi sosok segalanya untuk Laela. Ayah menjadi salah satu faktor kepercayaan dirinya. Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama. Beberapa tahun setelah ditinggal ibunya, ayah Laela meninggal setelah mengalami kecelakaan.
Saat itulah, Laela mengalami depresi berat. Dari mulai menangis setiap hari, sampai merasa ingin mengakhiri hidup. Karena itulah, keluarga lain mendorongnya untuk melakukan rehabilitasi.
Keluarga yang mendorong Laela untuk melakukan rehabilitasi, salah satunya adalah bibinya yang merupakan adik dari ayahnya. Tidak langsung bisa menerima ucapan bibinya Laela malah merasa bahwa bibi dan keluarga yang lain ingin membuangnya.
Untungnya keluarga tidak berhenti meyakinkannya. Hingga akhirnya Laela mau menurut apa kata bibinya. Diantar bibi dan didampingi Dinas Sosial, Laela berangkat menuju Surakarta, untuk melakukan rehabilitasi di Rehabilitasi Centrum R.C Prof. Dr. Soeharso Surakarta. Disanalah kehidupan baru Laela dimulai.
Di RC Laela bertemu dengan banyak penyandang difabel yang lain. Saat itulah Laela merasakan keajaiban Tuhan bahwa manusia tidak ada yang sempurna. “Saya memang diciptakan berbeda, untuk berdiri terlalu lama saja kaki saya terasa sakit, tapi pikiran saya tidak, saya merasa bersyukur,” katanya.
Bahkan ketika ada temannya yang merasa kesulitan, dia juga ikut membantu. Selain itu disana dia melakukan sekolah kesetaraan, paket C. Karena Laela berhenti sekolah ketika masuk SMA. Tidak hanya itu, Laela juga mengikuti semua kegiatan ekstrakurikuler yang ada di RC. “Saat itulah saya merasa lebih percaya diri,” kenangnya.
Setelah pulang dari rehabilitasi, Laela memang masih perlu waktu untuk beradaptasi dengan berbagai kenyataan di luar. Setelah vakum selama dua tahun, Laela mulai bisa menentukan jalan hidupnya. Saat ini dia mulai mengikuti beberapa organisasi yang bergerak untuk penyandang disabilitas.
Penulis : Novira Kharisma
Editor : Karebet