Bacaini.id, JAKARTA – Neneng Kurniasih sempat pusing saat pandemi Covid 19 melanda. Seluruh kegiatan usaha berhenti, termasuk jualan baju dan kue keringnya.
Sudah cukup lama Neneng berjualan kue dan baju di daerah Rindam, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Awalnya dia berjualan kue kering. Namun kemudian melebarkan usaha dengan berjualan baju secara kredit.
“Saya memulai usaha berjualan kue kering pada 2012. Kue tersebut saya jual dengan sistem pre-order. Dari usaha jualan kue kering itu, terkumpul modal usaha baru, kemudian saya manfaatkan untuk berjualan baju secara kredit ke orang-orang,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis, 27 Juni 2024.
Di tengah menikmati usahanya yang lancar, pandemi Covid 19 melanda seluruh dunia. Semua kegiatan perekonomian lumpuh, termasuk usaha kue kering dan baju yang dikelola Neneng.
Saat itulah Neneng merasa tak lagi punya harapan. Setelah tak berjualan lama, ia kehabisan modal untuk memulai usaha lagi.
Beruntung ia dikenalkan dengan program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari PT PNM oleh temannya. Mekaar adalah layanan pinjaman modal yang diluncurkan pada tahun 2015, dan menyasar perempuan prasejahtera pelaku UMKM.
“Saya kemudian mencoba pinjam modal ke PNM Mekaar sekitar tahun 2021-2022. Saya dapat pinjaman sekitar Rp 6 juta. Modal tersebut saya manfaatkan untuk menjalankan usaha jualan baju, karena pikir saya saat itu makanan sudah banyak pesaingnya. Namun, setelah usaha jualan baju itu membuahkan keuntungan, saya akhirnya juga memanfaatkan pinjaman tersebut sebagai modal untuk berjualan kue kering lagi,” imbuh Neneng.
Bantuan modal tersebut ia pakai untuk membuka usaha kue kering dengan nama ‘Nastar Jadoel Emak Nye Ociit’. Neneng mengaku banyak menerima pesanan kue kering.
Kukis yang dijual bermacam-macam. Ada nastar dalam kemasan toples 500 gram yang dibanderol seharga Rp 60 ribu, sagu keju Rp 55 ribu, putih salju Rp 60 ribu, kemudian ada biji ketapang Rp 40 ribu dalam kemasan 600 gram. Neneng juga menjual peyek kemasan toples 5 liter seharga Rp 40 ribu. Di samping kue kering, Neneng juga menerima pesanan dimsum.
Mayoritas pembelinya dari kalangan mahasiswa kampus di sekitar tempat usahanya di Jakarta Timur. Semua makanan biasanya dipesan lebih dulu oleh pembeli lewat WhatsApp.
Untuk baju, Neneng mengambil pakaian dari pasar atau toko yang lebih besar, kemudian memasarkannya ke orang-orang dengan sistem kredit tempo sebulan saja.
Ia tak mengambil keuntungan terlalu besar dari jualan baju ini untuk menarik pelanggan.
“Setelah bergabung dengan PNM Mekaar, saya tak hanya mendapatkan pinjaman modal usaha, tetapi jadi kenal dengan anggota PNM Mekaar lainnya. Lewat kelompok atau komunitas seperti ini, saya jadi bisa memperluas pemasaran dan membuat pembeli saya jadi bertambah. Bahkan, banyak juga ibu-ibu anggota PNM Mekaar yang ikut memesan kue kering hingga baju ke saya. Dengan pendapatan yang semakin meningkat, kini saya bisa meraih omzet usaha di atas Rp 5 juta per bulannya,” tutupnya.
Penulis: Hari Tri Wasono