Matahari belum tinggi saat beberapa perempuan menyalakan kompor di dapur. Masing-masing memiliki tugas berbeda. Ada yang memasak air, menanak nasi, memasak sayur, hingga menyiapkan kemasan makanan.
Meski memasak di dapur yang sama, mereka bukan keluarga. Mereka para relawan yang mendirikan dapur umum untuk memasok kebutuhan makanan warga yang diisolasi.
Sejak sejumlah warga di Desa Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri terpapar Covid-19, seluruh warga sigap bertindak. Tanpa diminta, sejumlah ibu berinisiatif mendirikan dapur umum untuk membantu kebutuhan makanan warga yang harus menjalani isolasi. “Apalagi Desa Doko ditetapkan menjadi kampung tangguh,” kata Titin Rustini, koordinator dapur umum kepada Bacaini.
Begitu mendengar ada warga yang menjalani isolasi, Titin menggerakkan anggota PKK dan Posyandu. Tujuannya adalah menghidupkan dapur umum. Sebab salah satu kebutuhan utama warga yang terisolasir adalah kelangsungan makan.
Tak sekedar mengirimkan bahan masakan mentah seperti sayur dan telur, dapur umum di Desa Doko menyediakan masakan matang yang siap saji.
Menurut Titin, awalnya hanya ada empat keluarga yang harus menjalani isolasi mandiri di desanya. Tetapi setelah ditracing, jumlah warga yang terpapar bertambah banyak dan menyebar di beberapa RT. Karena itu ibu-ibu PKK dan Posyandu diharap membantu keberlangsungan dapur umum untuk kebutuhan mereka.
“Ibu-ibu ya pada takut sebenarnya, tapi kami terus saling memberi motivasi untuk membantu sesama warga desa Doko,” jelas Titin.
Kegiatan dapur umum dimulai pada tanggal 10 September 2020. Hari itu warga berbagi tugas belanja bahan makanan. Sebab besok pagi distribusi makanan harus sudah dimulai.
Tempat memasak sebagai dapur umum dipilih salah satu rumah warga yang bedekatan dengan domisili warga yang diisolasir. Penunjukan rumah ini dilakukan secara suka rela. Untuk proses memasak dipersiapkan sejak malam hari, dan dilakukan di rumah sesuai tugas masing-masing.
Menu makanan dipertimbangkan sebaik mungkin memenuhi gizi seimbang. “Walaupun tetap menu makanan sehari-hari seperti sayur lodeh, sayur sop, tapi tetap sehat dan beragam agar tidak jenuh,” kata Amik. Amik menambahkan
Makanan yang sudah masak didistribusikan oleh petugas dapur umum sendiri. Mereka membagi personil untuk disebarkan ke rumah-rumah warga terisolir, agar cepat sampai dan dikonsumsi. “Jam tujuh pagi sarapan sudah harus bisa dinikmati warga,” kata Amik.
Karena solidaritas, ibu-ibu yang awalnya takut, sekarang merasa nyaman dan bahkan menikmati tugas ini. Mereka melakukan sepenuh hati atas dasar kemanusiaan. “Saya awalnya takut, keluar rumah saja takut. Tapi kalau bukan kita siapa lagi,” kata Tyas, salah seorang kader yang aktif dalam berbagai kegiatan itu.
Pemerintah Desa Doko juga mendukung penuh langkah yang dilakukan ibu-ibu ini. Pemerintah juga memberikan bantuan dana dan penyediaan beras untuk dapur umum. “Pemerintah desa memberi support penuh,” kata Siti, perangkat Desa Doko. (Novira Kharisma)