Bacaini.id, KEDIRI – Sebuah mobil Alphard hitam berjalan pelan memasuki halaman rumah di Desa Datengan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri. Mobil itu diparkir persis di samping Toyota Fortuner berkelir sama.
Dari pintu kemudi keluar pria berpeci dengan setelan jas warna hijau dan sarung. Pria berpostur tinggi itu berdiri mematung di samping mobil sambil memandang hilir mudik kuli panggul yang mengangkat karung beras ke atas truk.
Di balik rumah tersebut, ternyata menyimpan gudang beras yang cukup besar di bagian belakang. Tumpukan karung beras tersusun rapi di dalam gudang hingga nyaris menyentuh atap. Sesekali dia memberi instruksi kepada kuli panggul dan pegawai administrasi yang mencatat keluar masuk beras. “Maaf ya, ini tadi habis pulang rapat Ansor,” katanya kepada reporter Bacaini.id, Novira Kharisma yang bertandang ke rumahnya akhir pekan lalu.
Di dunia bisnis beras, Afnan Subagio bukan pemain baru. Namanya cukup dikenal sebagai pedagang beras di Kabupaten Kediri. Tak hanya memborong padi petani, Afnan juga memiliki mesin penggilingan yang mengolah beras menjadi beragam kemasan. Merek berasnya sama dengan namanya, Beras Afnan.
Brand beras tersebut bukan kaleng-kaleng. Kapasitas produksinya bisa tembus hingga 250-300 ton per bulan. Pelanggannya tersebar di berbagai kota. Mobilitas pengirimannya juga tinggi. “Saya mulai menjajaki pengiriman beras untuk luar Jawa. Masih terkendala angkutannya,” kata Afnan.
Berbisnis beras, menurut Afnan memiliki tingkat kesulitan sendiri. Sebagai bos, dia harus mengelola banyak sekali karyawan mulai kuli panggul, administrasi, pengemudi kendaraan box dan truk, hingga tim marketing. Selain itu dia juga harus piawai membangun relasi dengan para petani untuk mendapatkan pasokan beras yang bagus dan murah.
“Jika dibandingkan menjadi wartawan, cuannya memang lebih besar di sini. Tapi saya masih liputan di lapangan,” katanya tertawa.
Wartawan lokal
25 tahun yang lalu Afnan Subagio adalah seorang pemuda desa yang mencari makan di kota. Usai menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas, dia melamar pekerjaan di sebuah perusahaan media cetak bernama Memorandum. Koran yang memprioritaskan berita kriminal.
Di sini Afnan tak serta merta menjalani aktivitas sebagai wartawan yang datang sore pulang malam. Melainkan datang Subuh untuk menyiapkan kantor, menghitung koran yang baru saja dicetak, liputan, balik ke kantor untuk menulis berita, dan menunggu proses layout hingga malam.
“Dibandingkan aktivitas wartawan saat ini yang serba didukung teknologi, menjadi wartawan zaman dulu sangat berat. Bahkan memindahkan hasil jepretan dari kamera ke komputer harus melalui cuci cetak film terlebih dulu,” kenangnya.
Afnan masih mengingat momen pertamanya liputan saat ditugaskan mereportase tanaman Jeruk Bali di Magetan selama lima hari. Alih-alih mendapat fasilitas hotel yang layak, dia hanya dipinjami sepeda motor dan uang transpot untuk makan. Tidurnya pun menumpang di masjid.
Namun karena keinginannya yang kuat untuk belajar menulis, Afnan menjalaninya dengan senang. Dia bahkan tidak merasa sengsara di tengah keterbatasan fasilitas yang diberikan kantor. Selama lima hari itu dia bolak-balik ke perkebunan jeruk untuk mereportase dan mewawancara petani.
Berkat ketekunannya, Afnan menguasai teknik jurnalistik cetak sekaligus membiayai pendidikannya di perguruan tinggi Kota Kediri. Padahal gaji yang dia terima tak lebih dari Rp175.000 per bulan. “Jadi kalau ditanya dimana saya belajar pertama kali menjadi wartawan, ya di Memorandum,” katanya.
Jurnalis televisi
Setelah menyelesaikan pendidikan tinggi dengan gelar Sarjana Hukum, Afnan Subagio menjajal tantangan baru di media televisi. Saat itu kebetulan ada lowongan reporter Investigasi di stasiun Lativi (sekarang TV One), yang menerima Afnan untuk penempatan Jakarta. “Di sana saya kaget setelah menerima gaji tiga juta lima ratus,” katanya.
Tak lama melakoni menjadi reporter Lativi, Afnan mendapat tawaran menjadi koresponden Global TV (MNC Grup) untuk wilayah Jawa Timur. Menjadi koresponden memberi pengalaman baru bagi Afnan tentang sistem hubungan industrial media massa. Di sini dia tak lagi mendapat gaji bulanan, melainkan dibayar per berita dari materi yang ditayangkan.
Dengan harga Rp300.000 per berita, Afnan justru ketiban rezeki setelah berhasil mengirim banyak berita. Dalam sebulan pendapatannya tak mati dari Rp15 juta. Itulah masa keemasan wartawan televisi di daerah.
Senjakala koresponden
Sayang masa itu tak berlangsung lama. Bisnis media televisi yang makin kompetitif memaksa perusahaan melakukan banyak efisiensi yang secara langsung berdampak pada kesejahteraan koresponden. Celakanya hal itu terjadi saat Afnan sedang mempersiapkan diri masuk ke jenjang rumah tangga.
“Saat itu saya berpikir keras bagaimana mendapat pemasukan tambahan. Akhirnya tabungan selama menjadi wartawan televisi saya belikan mobil untuk rental,” katanya.
Bisnis rental yang dimulai tahun 2007 itu sempat berjaya. Dari dua mobil pertama yang dia beli berkembang menjadi sembilan unit. Sebelum akhirnya sindikat kejahatan mengincar bisnisnya. Mobil-mobil yang disewakan kerap tak kembali. Belum lagi kendaraan yang terlibat kecelakaan saat disewa. Tak ada pilihan lain selain menjual satu per satu mobilnya untuk mengurangi beban keuangan.
Video shooting
Di tengah kekalutannya, Afnan terpikir untuk memanfaatkan kemampuannya mengoperasikan kamera. Dia merintis usaha video shooting yang banyak melayani hajatan serta kegiatan kantor. Namun lagi-lagi bisnis itu tak bertahan lama seiring banyaknya kompetitor yang muncul.
Dia juga tidak bisa fokus mengelola usaha karena harus memecah perhatian saat dipercaya menjadi Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri periode 2014 – 2017. Jabatan itu memaksanya kerap meninggalkan pekerjaan yang lebih menghasilkan uang dibanding menjadi wartawan. “Tapi itu sudah resiko dari amanah yang saya emban,” katanya.
Bisnis beras
Bisnis ini dilakoni Afnan setelah melihat banyaknya penggilingan beras di desanya. Dia tertarik untuk belajar dan mengetahui alur bisnisnya. Hingga pada suatu kesempatan Afnan memberanikan diri membeli beras dari petani untuk dipasarkan secara online.
Dia memilih jalur online karena pada masa itu belum banyak penjualan beras yang dilakukan secara digital. “Saya memudahkan ibu-ibu untuk belanja tanpa harus keluar rumah,” katanya.
Metode itu berhasil dan berkembang dengan pesat. Di awal penjualan Afnan bergerak sendiri memanggul beras dan mengirimkannya kepada pembeli. Sampai akhirnya bisa merekrut karyawan dan melengkapi infrastruktur produksinya mulai hulu hingga hilir.
Awal produksi beras Afnan masih berada di kisaran 1 kwintal per hari. Kemudian naik menjadi 1 ton per hari. Dan saat ini produksinya sudah menembus 250-300 ton per bulan.
Pemred bacaini.id
Menjadi pebisnis dengan omzet miliaran rupiah tak serta membuat Afnan tercerabut dari dunia jurnalistik. Kecintaannya menjadi wartawan telah mendarah daging hingga membuatnya tak bisa melepas profesi koresponden MNC TV di Kediri.
Bahkan Afnan masih terjun melakukan reportase saat MNC membutuhkan pasokan reportase darinya. “Kemarin saya juga mereportase sendiri produksi obat yang memicu gagal ganjal Afi Farma di Kediri,” katanya.
Tak hanya itu, Afnan juga membuka diri saat mendapat tawaran bergabung ke media online Bacaini.id yang dirintis sejumlah wartawan di Kediri. Meski media rintisan, Afnan tertarik karena melihat spirit teman-temannya untuk mandiri dan membuka usaha sendiri.
Di media ini Afnan Subagio dipercaya menjadi pemimpin redaksi dan penanggung jawab Bacaini.id. Perlahan-lahan media yang didirikan secara patungan ini berhasil menata manajemen dengan baik, dan mempekerjakan jurnalis, videografer, editor video, uploader, hingga kontributor di beberapa kota Jawa Timur.
Bacaini.id juga telah terverifikasi secara administratif dan faktual oleh Dewan Pers, serta tergabung dalam keanggotaan Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI). “Ini menambah pengetahuan baru saya mengelola bisnis media,” katanya.
Pengalaman organisasi:
1. Pengurus OSIS
2. Pengurus IPNU tingkat ranting dan PAC
3. Pengurus Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
4. Pengurus Ansor tingkat PAC dan PC Kabupaten Kediri
5. Bendahara umum PC Ansor Kabupaten Kediri
6. Penguru MWCNU (Majelis Wakil Cabang NU) Grogol
7. Dewan Penasehat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU) PAC Grogol
8. Dewan Pembina PAC IPNU dan IPPNU Grogol
9. Wakil Ketua HIPMI Kab Kediri
10. Wakil Ketua KNPI Kabupaten Kediri
11. Ketua AJI Kediri periode 2014 – 2017
Tonton video: