Bacaini.ID, JAKARTA – Indonesia kembali kehilangan salah satu putra terbaiknya. Ekonom senior dan tokoh nasional, Kwik Kian Gie, meninggal dunia pada Senin malam, 28 Juli 2025 pukul 22.00 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, dalam usia 90 tahun.
Lahir pada 11 Januari 1935 di Juwana, Pati, Jawa Tengah, Kwik berasal dari keluarga pengusaha hasil bumi. Ia sempat kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia pada 1955, namun hanya bertahan enam bulan. Tahun 1956, Kwik melanjutkan studi ke Nederlandsche Economische Hogeschool Rotterdam (kini Erasmus Universiteit Rotterdam) dan lulus pada 1963.
Semasa kuliah di Belanda, Kwik juga berperan sebagai intelijen mahasiswa untuk mendukung perjuangan Indonesia dalam sengketa Irian Barat.
Kwik Kian Gie bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 1987, kemudian menjadi fungsionaris PDI Perjuangan. Kemampuannya di bidang ekonomi membuatnya dipercaya menjadi Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (Menko Ekuin) di era Presiden Abdurrahman Wahid (1999–2000). Ia juga sempat menjabat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas di era Presiden Megawati Soekarnoputri (2001–2004).
Pada masa reformasi, Kwik juga dikenal sebagai pengkritik tajam kebijakan ekonomi, terutama yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
Dedikasi Kwik Kian Gie tidak hanya di bidang politik, tetapi juga dunia pendidikan. Ia tercatat sebagai pendiri SMA Erlangga di Surabaya pada 1954. Selanjutnya bersama Prof. Panglaykim, ia mendirikan Institut Manajemen Prasetiya Mulya pada 1982. Pada 1987, Kwik Kian Gie kembali mendirikan Institut Bisnis Indonesia (IBI) yang kini dikenal sebagai Kwik Kian Gie School of Business.
Semasa hidupnya, Kwik Kian Gie telah menulis rubrik “Analisis Kwik Kian Gie” dan menerbitkan lebih dari 10 buku ekonomi, termasuk “Saya Bermimpi Menjadi Konglomerat” (1993).
Kwik wafat setelah menjalani perawatan selama dua bulan akibat gangguan pencernaan. Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Sentosa, Jakarta Pusat, dengan karangan bunga dari berbagai tokoh nasional termasuk Sandiaga Uno dan AM Hendropriyono.
“Selamat jalan, Pak Kwik. Ekonom, pendidik, nasionalis sejati. Mentor yang tak pernah lelah memperjuangkan kebenaran,” tulis Sandiaga Uno.
Selamat jalan, Kwik Kian Gie. Warisan pemikiran dan perjuanganmu akan terus hidup dalam sejarah bangsa.
Penulis: Hari Tri Wasono