Bacaini.id, KEDIRI – Kebijakan pemerintah melarang mudik lebaran tahun 2021 berdampak pada lumpuhnya bisnis transportasi di Kediri. Meski memiliki syarat beroperasi, faktanya tak ada penumpang yang naik.
Nasib ini dialami Perusahaan Otobus (PO) Setiawan yang bermarkas di Jalan Kilisuci Kota Kediri. Person In Charge (PIC) PO Setiawan, Sumaryono mengatakan saat ini semua armada, sebanyak 16 bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan 8 bus wisata terparkir di garasi.
“Sudah sejak beberapa hari terakhir jelang berlakunya larangan mudik itu sudah sepi. Jadi kami berhenti total mulai tanggal 6 sampai 17 Mei nanti. Sekarang total 24 bus penuh sesak di garasi,” kata Yono kepada Bacaini.id, Selasa 11 Mei 2021.
baca ini Menikmati Sensasi Ngopi di Dalam Bus Pariwisata
Menurutnya, kebijakan PO Setiawan untuk tutup total berdasarkan turunnya jumlah penumpang. Selain itu kerugian juga akan dirasakan jika tetap menjalankan armadanya saat ini. Karena adanya peraturan larangan mudik, semua serba terbatas.
Apalagi masyarakat Kediri juga termasuk sangat patuh dengan peraturan pemerintah terkait keamanan selama masa pandemi Covid-19. Animo masyarakat di masing-masing wilayah berbeda, kesadaran juga ketakutan terhadap kondisi pandemi juga berbeda. Sehingga kebijakan dari masing-masing PO bus juga berbeda.
“Perjalanan wisata sebenarnya masih diijinkan dengan syarat. Seperti pelayanan Coffee On The Road juga masih bisa, tapi kami juga tidak jalan. Karena ya mau bagimana lagi, biaya juga berpengaruh. Kalau tidak sesuai juga kita malah jadinya rugi,” terangnya.
Yono juga mengungkapkan bahwa sebenarnya sesuai ketentuan bus AKAP masih bisa berjalan dengan syarat memiliki stiker sebagai bukti ijin perjalanan non mudik. Sebanyak 20 persen dari keseluruhan armada masih bisa berjalan.
“Kalau jalan pun penumpangnya siapa? Kalau jalan tapi orang-orang kan gak ada yang pergi. Penumpangnya sepi sekali, jadi itu makanya kami putuskan untuk tutup total. Nanti lah sekalian waktu selesai pelarangan kita jalan lagi,” tambahnya.
Lebih lanjut Yono mengatakan pendapatan yang didapat setiap harinya dalam beberapa waktu terakhir selama masa pandemi cukup meningkat. Seperti pelayanan Coffee On the Road juga berjalan lancar.
Baik masyarakat dan komunitas banyak yang tertarik dengan pelayanan tersebut. Tetapi selama pelarangan mudik 6 hari ini, masyarakat tak lagi ingin berwisata.
“Jika dikalkulasikan ya memang anjlok. Momen-momen khusus seperti saat ini setiap hari normalnya kami bisa mencapai 30 sampai 40 juta rupiah. Apalagi di daerah tertentu, seperti di Bali, mulai H-7 sampai H-1 hingga H+1 sampai H+7 mobilitas kami sangat tinggi,” paparnya.
Penulis: Novira Kharisma
Editor: HTW
Tonton video: