Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Bulan Ramadan ternyata menjadi berkah bagi pedagang dadakan di Tulungagung. Bagaimana tidak, hasil penjualan takjil selama ramadan mengalami kenaikan hingga 50 persen dari omset ramadan tahun lalu.
Salah satunya Indah Astuti. Setiap kali memasuki bulan Ramadan, ibu rumah tangga ini selalu berjualan es buah di pasar takjil di Kelurahan Kepatihan, Kecamatan Tulungagung.
“Kalau dibandingkan dengan tahun lalu, omsetnya lebih banyak tahun ini. Karena dulu itu kan lagi meledak Covid 19,” kata Indah kepada Bacaini.id, Kamis, 7 April 2022.
Indah mengatakan setiap harinya dia berjualan es buah mulai pukul 15.00 WIB sampai menjelang waktu berbuka. Dia juga membeberkan omset harian yang didapatkannya meningkat hingga mencapai 50 persen dengan harga es buah yang dijualnya mulai dari Rp 5 ribu.
“Sehari bisa dapat omset sekitar Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu,” imbuhnya.
Hal yang sama juga dirasakan oleh, Rizki Yuniar. Setiap memasuki ramadan, pedagang takjil dadakan ini selalu membuka rombong untuk berjualan aneka takjil. Mulai dari gorengan, jajanan pasar, es buah hingga lauk untuk berbuka puasa.
“Yang paling laku itu es buah sama lauk untuk berbuka puasa,” ujar Rizki.
Menurut Rizki, rata-rata omset bersih yang diterimanya setiap hari sekitar Rp 100 ribu dari awal mulai berjualan pukul 14.00 WIB sampai pukul 18.30 WIB.
“Namanya rezeki ya, kadang sebelum bedug maghrib juga sudah habis,” imbuhnya.
Menanggami fenomena ini, pengamat ekonomi, Deni Yudiantoro mengungkapkan bahwa saat bulan Ramadan hampir semua sektor usaha mengalami peningkatan pendapatan. Baik penjual pakaian, makanan, asesoris hingga jasa transportasi.
Menariknya, tren konsumsi masyarakat sering kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan-bulan lain dan klimaksnya pada saat penerimaan THR oleh para pekerja.
“Jadi selain berkaitan dengan hal-hal mikro seperti perubahan tingkat konsumsi, daya beli, dan berbagai ekspektasi lainnya, ramadan biasanya juga diasumsikan berkorelasi positif terhadap perkembangan di tingkat makro ekonomi daerah hingga nasional,” jelas Deni.
Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah itu menambahkan, antusias masyarakat Tulungagung menyambut ramadan tahun ini jauh lebih tinggi. Peningkatan konsumsi ini pasti akan berdampak pada perputaran ekonomi di Kabupaten Tulungagung.
Namun disisi lain konsumsi dipengaruhi faktor daya beli, yakni episentrum antara tingkat pendapatan dan inflasi. Ketika tingkat pendapatan diasumsikan konstan, sedangkan inflasi tengah menanjak, daya beli masyarakat akan terpangkas.
“Jadi agar ekspektasi pertumbuhan ekonomi tetap terjaga selama ramadan, daya beli masyarakat harus tetap dirawat. Kenaikan komoditas beberapa minggu terakhir pastinya akan mengerek inflasi untuk naik dan dampak yang dirasakan adalah menurunkan daya beli masyarakat,” paparnya.
Lebih lanjut, dia juga mengingatkan, dengan geliat ekonomi yang mulai mengalami peningkatan, maka hal yang harus dilakukan oleh pengusaha atau masyarakat adalah tetap bijak mengelola keuangan.
Mengingat masyarakat sudah merasakan dampak dari pandemi, dimana sektor ekonomi lesu sehingga masyarakat yang banyak mengalami kebocoran finansial. Dengan megelola keuangan secara bijak, akan menjadi modal saat ekonomi berada di kondisi yang tidak menentu.
“Masyarakat harus tetap bijak mengelola keuangan serta membagi pendapatan yang dimiliki untuk keperluan Living, Saving serta Playing. Jika masyarakat bijak mengelola keuangan disaat ekonomi bagus maka mereka akan siap jika kondisi ekonomi tidak bisa diprediski di masa yang akan datang nanti,” tandasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira