KEDIRI – Menyandang status alumni tak identik dengan pensiun. Jika pensiun adalah berhenti dari aktivitas terdahulu, alumni bermakna tamat atau lulus dari jenjang pendidikan formal.
Karena itu peran seorang pensiunan dengan alumnus juga berbeda. Pensiunan memilih meninggalkan sama sekali aktivitas yang dia jalankan sebelumnya. Sedangkan alumnus masih terikat urusan moral dan emosional dengan almamaternya.
Kekuatan moral dan emosional inilah yang mendorong pembentukan komunitas alumni Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Kediri. Mereka membentuk organisasi alumni bernama Palmturi (Paguyuban Alumni SMA 1 Kediri).
Untuk lebih menonjolkan identitas mereka, organisasi ini memiliki jenjang angkatan yang terdiri atas alumnus dengan tahun kelulusan sama. “Saya adalah Palmturi 92 karena lulus tahun 1992 dari SMAN 1 Kediri,” terang Hariono.
Hariono ditunjuk oleh teman seangkatannya sebagai koordinator Palmturi 92, yang tugas utamanya adalah membangun komunikasi dengan alumnus SMAN 1 Kediri yang lulus di tahun sama. Bagi Hariono, tugas itu adalah berkah. “Saya bisa menikmati romantisme masa lalu bersama teman sekolah,” katanya.
Apa yang dirasakan Hariono tak berlebihan. Masa sekolah memang menjadi masa yang selalu dirindukan setiap orang. Masa yang menjadi kenangan untuk selalu diingat, apalagi masa SMA.
Jenjang pendidikan SMA memang mencekat ingatan karena bertepatan dengan usia remaja. Jenjang ini berbeda dengan SMP ataupun SD yang didominasi masa kanak-kanak dan bermain. Banyaknya peristiwa yang terjadi di bangku SMA ini secara tak sadar membangkitkan ikatan emosional kuat untuk “tetap bersama”. Dan kebersamaan itu salah satunya didapatkan dengan berkumpul dalam wadah alumni, seperti Palmturi.
Organisasi Palmturi 92 lahir pada tahun 2010 atas inisiatif alumnus sendiri. Berawal dari komunikas satu dua orang, mereka bersepakat membentuk paguyuban yang mewadahi angkatan mereka. “Butuh kesabaran untuk meyakinkan teman-teman agar mau bergabung, bahwa ikatan alumnus itu penting,” kata Hariono.
Satu per satu dari mereka akhirnya berkumpul, dari pertemuan sporadis menjadi rutin. Bahkan kini mereka punya grup komunikasi di media sosial berupa Facebook dan WhatsApp. Di forum itu mereka saling berbagi informasi dan menampung keluh kesah. Wadah itu benar-benar memutus jarak tempat tinggal yang menyebar di seluruh Indonesia.
Keberadaan Palmturi makin berarti tatkala menghadapi pandemi Covid-19. Organisasi ini benar-benar bergerak membantu anggota mereka yang terdampak, dengan semangat patungan. Tak ada lagi malu-malu di antara mereka untuk menyampaikan kesulitan.
Untuk menjaga komunikasi agar tetap kuat, Palmturi 92 juga mengadakan gowes bareng. Olah raga ini dilakukan tiap Ahad dengan melibatkan sejumlah alumnus. Selain bersilaturahmi, gowes ini juga membahas kabar anggota. “Agar cepat tahu kalau ada yang sedang mengalami kesulitan,” tutur Hariono.
Di waktu-waktu tertentu, Palmturi juga memberikan banyak kesempatan untuk bertemu di forum besar. Tak hanya sesama angkatan, tetapi juga lintas generasi dalam ajang Dies Natalis. Peringatan hari jadi sekolah ini banyak dimanfaatkan para alumni untuk bertemu. Bertemu dengan teman, adik kelas atau kakak kelas, serta guru sekolah yang masih bertugas.
Gayung bersambut, kekerabatan ini juga dibangun oleh civitas SMAN 1 Kediri untuk membangun komunikasi dengan alumnus. Bahkan organisasi Palmturi dilibatkan untuk ikut menentukan kebijakan penyelenggaraan pendidikan sekolah. Tak sedikit pula kegiatan pembangunan infrastruktur sekolah yang dibantu Palmturi, demi kemajuan pendidikan adik kelas mereka.
Shinto Wulandari, bendahara Palmturi 92 menerangkan, organisasinya banyak berperan di musim pandemi sekarang ini. “Kita tahu mana teman yang membutuhkan karena kami saling terbuka satu sama lain. Seperti hari ini kami menjenguk dan memberikan donasi untuk teman yang sakit,” terang guru Bahasa Inggris salah satu SMPN Kediri itu.
Selain teman, Palmturi 92 juga memperhatikan kesejahteraan guru mereka di SMAN 1 Kediri. Secara periodik mereka beranjangsana kepada guru-guru dan memberikan bingkisan. “Tidak ada yang bisa menggantikan jasa guru. Kita mengingat mereka, sungkem, beliau sudah sangat senang,” pungkas Shinto.
Penulis : Novira Kharisma
Editor : HTW