Bacaini.ID, KEDIRI – Film Singsot (2025), Siulan Kematian yang dirilis pada 13 Maret 2025 menjadi film horror yang tengah viral di media sosial.
Cerita Singsot (2025) dibangun dari Gugon Tuhon atau mitos yang berlaku di masyarakat Jawa yang hingga kini masih dipercayai.
Dalam durasi 75 menit, sutradara Wahyu Agung Prasetyo bukan hanya sukses membangunkan bulu kuduk, tapi juga bikin jantung berdegub kencang dengan adegan jumpscare.
Pemakaian bahasa Jawa tengahan dalam dialog, ditambah setting lokasi di Yogyakarta, juga menciptakan efek suasana lebih natural sekaligus menggigit.
Wahyu Agung Prasetyo diketahui pertama kali dikenal sebagai sutradara melalui film Tilik dengan tokoh Bu Tejo yang ikonik, yang diperankan Siti Fauziah.
Dalam Singsot (2025) Siti Fauziah kembali tampil dengan karakter yang sama sekali berbeda dengan Bu Tejo.
Singsot (2025) merupakan film horror versi layar lebar dari versi pendek (2016) dan sekaligus film panjang pertama garapan Wahyu Agung Prasetyo.
Berikut penjelasan ringkas makna dan mitos Singsot yang masih berlaku di sebagian besar masyarakat Jawa.
Mengundang Makhluk Halus
Dalam budaya Jawa, bersiul di malam hari dipercaya bisa menarik perhatian makhluk halus, seperti genderuwo, wewe gombel, atau kuntilanak.
Suara siul dianggap sebagai panggilan yang bisa mengundang mereka datang.
Mendatangkan Kesialan
Ada juga anggapan bahwa bersiul di malam hari dapat membawa nasib buruk atau pertanda akan terjadi sesuatu yang tidak baik, baik bagi si peniup maupun orang-orang di sekitarnya.
Tanda Rahasia atau Sinyal Gaib
Beberapa orang percaya bahwa suara siul tertentu bisa menjadi bentuk komunikasi rahasia antara makhluk halus atau bahkan kelompok tertentu yang memiliki ilmu gaib.
Gangguan bagi Orang yang Tidur
Dalam sisi yang lebih rasional, bersiul malam hari dianggap bisa mengganggu orang yang sedang beristirahat.
Suara siul bisa terdengar misterius dan mengganggu ketenangan lingkungan.
Asal-usul Mitos
Kepercayaan ini kemungkinan berasal dari ajaran leluhur yang ingin menanamkan nilai kesopanan dan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan melarang bersiul di malam hari, orang akan lebih menghargai ketenangan dan menghindari tindakan yang bisa memicu ketakutan atau keresahan.
Penulis: Solichan Arif