Bacaini.id, KEDIRI – Bintang Balqis Maulana (14), santri Pondok Pesantren (Ponpes) PPTQ Al-Hanifiyyah Mojo, Kabupaten Kediri Jawa Timur, ternyata sudah dalam keadaan tewas saat dilarikan ke RS Arga Usada Ngadiluwih.
Terungkap, kematian santri Bintang disebabkan aksi penganiayaan oleh santri senior di lingkungan ponpes. Polisi telah menetapkan sedikitnya 4 orang santri sebagai tersangka penganiayaan.
Yang memprihatinkan, pada Jumat (23/2/2024) dini hari itu, bukan pihak ponpes yang membawa santri Bintang ke rumah sakit. Bintang dibawa oleh 3 santri lain yang masih berusia di bawah umur.
Korban yang setiba di rumah sakit kemudian diketahui sudah tewas itu, dibawa dengan mengendarai sepeda motor, yakni agar tidak jatuh yang bersangkutan ditempatkan di tengah.
“Yang mengantar anak-anak,” ujar Rizki selaku dokter jaga rumah sakit Arga Usada Ngadiluwih Kamis (29/2/2024).
Rizki merupakan dokter umum. Pada saat korban dibawa ke IGD rumah sakit, yang bersangkutan yang pertama kali menerima korban beserta pengantarnya.
Saat pemeriksaan awal, Rizki mencatat adanya luka lebam di sekujur tubuh korban, yakni di antaranya kepala, dada, tangan, spesifik di mata, bibir, dan wajah bagian atas.
Luka lebam diduga kuat akibat kekerasan benda tumpul. Saat tiba di rumah sakit, korban dipastikan sudah meninggal dunia. “Bisa tangan kosong (kekerasan benda tumpul). Pas kita periksa tidak ada luka terbuka,” terangnya.
Selama pemeriksaan jasad korban, 3 santri pengantar diketahui mondar-mandir di sekitar ruang IGD rumah sakit. Pihak rumah sakit, kata Rizki sempat bercakap-cakap, menanyakan keberadaan keluarga korban.
Termasuk mempertanyakan ke mana pihak pengurus ponpes, lantaran tidak ada orang dewasa yang mendampingi mereka. Namun permintaan itu tidak dipenuhi.
Ketiga santri pengantar korban, kata Rizki justru sempat meminta jenazah dibawa pulang sendiri ke ponpes. Permintaan itu sontak ditolak rumah sakit lantaran pertimbangan adanya tanda kekerasan pada tubuh korban.
Ironisnya, hingga siang hari jenazah korban masih berada di rumah sakit. Sekitar pukul 11.00 Wib, jenazah baru diambil oleh seseorang yang mengaku perwakilan ponpes.
Untuk pengurusan itu, yang bersangkutan sempat meninggalkan Kartu Tanda Penduduk. “Jenazah kemudian diantar oleh mobil ambulans rumah sakit ke ponpes,” pungkasnya.
Seperti diketahui santri korban penganiayaan hingga tewas itu merupakan warga Glenmore Kabupaten Banyuwangi. Hasil pemeriksaan awal, pihak kepolisian menduga penganiayaan dipicu kesalahpahaman.
Hingga kini pengusutan kasus kekerasan di lingkungan pesantren yang berakibat kematian itu masih berlanjut. Sebelum terungkap, pihak ponpes sempat memberi keterangan kematian korban akibat terpeleset.
Atas dugaan menutupi peristiwa penganiayaan yang terjadi, sejumlah pihak mendesak pengasuh atau pengurus pondok pesantren untuk bertanggung jawab.
Penulis: Solichan Arif