Bacaini.id, TULUNGAGUNG – Museum Naturalis Biodiversity Center, Leiden, Belanda menghibahkan replika tengkorak fosil Homo Wajakensis kepada masyarakat Tulungagung. Fosil tengkorak Homo Wajakensis merupakan sejarah penting bagi Tulungagung.
Fosil tengkorak Homo Wajakensis ditemukan oleh seroang ahli geologi asal Belanda bernama B.D. Van Rietschoten pada 24 Oktober 1888 silam. Rietschoten menemukan fosil tersebut saat melakukan eksplorasi prospek marmer di wilayah konsesi pertambangan Kecamatan Campurdarat, Tulungagung.
Pada saat ditemukan, kondisi fosil tengkorak Homo Wajakensis terpisah dan membutuhkan waktu satu pekan untuk dapat menyatukan pecahannya. Dari hasil penelitian, diduga umur fosil itu diantara akhir Pleistosen hingga Holosen karena fosil manusia purba itu menyerupai manusia modern.
Kasubid Litbang Bappeda Tulungagung, Andri Syambudi mengatakan dalam waktu dekat masyarakat Tulungagung akan mendapatkan replika fosil tengkorak Homo Wajakensis dari Museum Naturalis Biodiversity, Belanda. Mengingat sampai saat ini fosil tersebut memang disimpan di sana.
“Sebelumnya saya sudah mengirimkan email ke lima museum di Belanda untuk menanyakan keberadaan fosil tengkorak Homo Wajakensis. Ternyata Museum Naturalist di Belanda yang menyimpannya,” terangnya kepada Bacaini.id, Rabu, 7 Desember 2022.
Mengetahui hal tersebut Pemkab Tulungagung berinisiatif untuk meminta foto asli kepada pihak museum. Namun belum sampai meminta, pihak museum ternyata juga berisiatif mengirimkan replika fosil tengkorak Homo Wajakensis itu ke Tulungagung.
“Tak lama, saya mendapatkan email bahwa replika fosil tengkorak Homo Wajakensis sudah dikirim dari Belanda. Perkiraannya hari ini sampai di Tulungagung,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Andri berpendapat bahwa replika fosil tengkorak Homo Wajakensis tentu sangat membanggakan bagi masyarakat Tulungagung, terlebih didapatkan langsung dari museum yang ada di Belanda. Rencananya, replika tersebut akan disimpan di Desa Gamping, Kecamatan Campurdarat, Tulungagung.
“Lokasi penyimpanan masih kami siapkan beserta keamanannya. Nanti jika sudah sampai, untuk sementara waktu akan kami simpan di Museum Daerah Tulungagung,” pungkasnya.
Penulis: Setiawan
Editor: Novira