Bacaini.ID, JOMBANG – Langgar Panggung begitu warga Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur, biasa menyebut.
Berdiri di jalan raya Ploso Jombang-Lamongan Desa Rejoagung, musala berarsitektur kuno itu diketahui dibangun sekitar tahun 1890.
Pada masa silam, musala ini diyakini menjadi lokasi transit para saudagar muslim yang melakukan perjalanan melalui jalur sungai Brantas.
Selama transit mereka berinteraksi dengan warga sekitar yang kala itu belum banyak memeluk Islam. Para saudagar biasanya menjajakan dagangan sekaligus mengenalkan Islam.
“Dulu lokasi musala ini menjadi transit para saudagar muslim yang mengggunakan jalur tranportasi aliran sungai Brantas,” tutur Ainur Rokhim, Takmir Musala, Senin siang (3/3/2025).
Musala ini terdiri dari dua lantai, namun hanya lantai bawah yang masih berfungsi. Sedangkan lantai atas dikosongkan lantaran struktur kayunya sudah pada lapuk.
Informasi yang diyakini, musala kuno tersebut didirikan oleh H Ibrahim, saudagar muslim asal Sidoarjo. Ia menganggap Islam perlu berkembang di kawasan pinggir Brantas.
Ibrahim menunjuk Mbah Yunus untuk menempati musala. Mbah Yunus merupakan seorang penyiar Islam. Menurut Ainur, properti di musala nyaris semuanya masih asli.
Misalnya ubin berukuran 20 cm persegi yang bermotif hitam putih serupa papan catur, masih asli. Begitu juga pintu jati, termasuk kunci hingga kini masih peninggalan lama.
“Pintu ini masih asli sejak dulu tidak pernah diganti, hanya diberi cat agar tidak kusam,” kata Ainur.
Yang hingga kini masih jadi misteri adalah bangunan imam musala yang pendek dan sempit. Tingginya 190 cm dengan lebar 90 cm.
Kendati demikian, konon seberapapun besar tubuh imam musala, tetap bisa memasukinya. “Orang menyebutnya mulur mungkret, seberapa tinggi imamnya masih tetap bisa masuk,” katanya.
Menurut Ainur, sebagaimana musala yang lain, pada bulan ramadan ini, musala Panggung ini dipakai untuk salat tarawih berjamaah.
Sebagian besar warga di Ploso Jombang juga meyakini musala itu keramat, di mana mereka yang berdoa di dalamnya akan mudah terkabul.
“Sudah banyak yang membuktikan jika ada masalah mereka melakukan pembacaan amalan dengan keyakinan masalahnya bisa tuntas,” pungkasnya.
Penulis: Syailendra
Editor: Solichan Arif