Ringkasan berita:
- Gus Kautsar mengkritik Gus Ulil karena dianggap cuek terhadap kerusakan ekosistem tambang.
- Gus Ulil menyebut aktivis lingkungan sebagai “puritan” atau “wahabisme lingkungan”.
- Gus Ulil membantah membela tambang, menekankan perlunya pendekatan rasional.
- Perdebatan ini ramai di media sosial dan memicu diskusi luas di kalangan NU.
Bacaini.ID, KEDIRI – Polemik tambang kembali memicu perdebatan di kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Pengasuh Pondok Pesantren Al Falah Ploso, Kediri, KH Abdurrahman Al Kautsar atau Gus Kautsar, melontarkan kritik tajam terhadap pernyataan Ketua PBNU KH Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) yang dianggap meremehkan aktivis lingkungan.
Dalam sebuah unggahan yang viral di media sosial, Gus Kautsar menilai sikap Gus Ulil terlalu “cuek” terhadap kerusakan ekosistem akibat aktivitas tambang. Ia menegaskan bahwa alam tidak bisa direkayasa dan kerusakan lingkungan harus menjadi perhatian serius.
Kritik ini muncul setelah video lama Gus Ulil kembali beredar, di mana ia menyebut aktivis yang menuntut pemulihan ekosistem sebagai kelompok “puritan” atau bahkan “wahabisme lingkungan”.
“Kalau hukum bisa direkayasa, alam tidak pernah bohong,” ujar Gus Kautsar, menyindir pandangan yang dianggap mengabaikan dampak nyata pertambangan terhadap hutan dan masyarakat sekitar.
Pernyataan Gus Ulil sebelumnya memang menuai kontroversi. Ia dianggap membela aktivitas tambang dan menyepelekan kerusakan lingkungan.
Namun, dalam forum diskusi, Gus Ulil menegaskan bahwa dirinya tidak sedang membela tambang, melainkan mempertanyakan pendekatan yang menolak pertambangan secara mutlak. Menurutnya, kerusakan lingkungan adalah problem moral dan kemanusiaan yang serius, tetapi tidak semua bentuk ekstraksi sumber daya bisa langsung dicap sebagai kejahatan.
Perdebatan ini memicu respons luas di media sosial, dengan banyak warga NU dan aktivis lingkungan ikut menanggapi. Sebagian mendukung sikap kritis Gus Kautsar sebagai “penjaga akal sehat”, sementara yang lain menilai Gus Ulil sedang mencoba membuka ruang diskusi lebih rasional tentang pengelolaan sumber daya alam.
Dengan ramainya perdebatan ini, isu tambang kembali menjadi sorotan publik, terutama terkait bagaimana NU sebagai organisasi besar merespons tantangan keberlanjutan lingkungan di tengah kepentingan ekonomi nasional.
Penulis: Hari Tri Wasono





