Bacaini.ID, KEDIRI – Pernah merasa kesepian di tengah keramaian? Perasaan terasa hampa meski di sekitar penuh kegembiraan.
Dikutip dari Mind Clear Psycotheraphy, penelitian terbaru Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, menyoroti apa yang membuat seseorang merasa kesepian.
Para peneliti berpendapat bahwa kesepian berkaitan dengan kualitas hubungan seseorang.
Seseorang yang kesepian walaupun memiliki banyak teman atau saudara, menunjukkan emosional mereka tidak mampu terhubung baik dengan sekitarnya.
Berikut beberapa hal yang menjadi faktor penyebab:
Riwayat Trauma
Individu yang memiliki tingkat kesepian tinggi, biasanya pernah mengalami peristiwa traumatis masa lalu. Baik saat kanak-kanak, remaja, maupun usia dewasa.
Pengalaman seperti ini tidak hanya berdampak pada rasa aman seseorang, namun juga membentuk persepsi seseorang mengenai hubungan, kepercayaan terhadap orang lain, perasaan akan diri sendiri dan kelayakannya.
Ketika seseorang mengalami trauma atau disakiti berulang kali, dia akan sulit percaya pada orang lain.
Keterikatan Orang Tua yang Buruk
Attachment theory atau teori keterikatan berpendapat bahwa hubungan keterikatan yang kita miliki dengan orang tua cenderung terulang dalam hubungan penting lainnya.
Jika kita merasa diabaikan, tidak diakui, atau merasa kebutuhan kita tidak terpenuhi, kemungkinan besar kita mengharapkan hal ini dari orang lain, dan memperlakukan orang lain dengan cara yang sama.
Ketika ikatan orang tua mengakibatkan keterikatan yang tidak aman, cenderung ada perasaan kronis bahwa ada sesuatu yang hilang.
Akibatnya secara tidak sadar kita menjadi percaya tidak layak mendapatkan cinta atau bahkan tidak tahu cara dekat dengan orang lain.
Takut pada Keintiman dan Rasa Terluka
Saat tumbuh dewasa semua orang belajar bagaimana bertahan hidup di dunia yang terkadang kejam.
Ketika seseorang mengalami bullying atau mengalami penolakan perasaannya dan patah hati, sebuah pesan mulai terbentuk bahwa tidak aman untuk menjadi diri sendiri.
Alam bawah sadar akan melindungi diri kita dari rasa sakit hati. Mulailah kemudian kita sulit percaya kepada orang lain, menjaga jarak dan sulit mempercayai kasih sayang yang tulus.
Terjebak dalam Narasi Palsu
Riwayat trauma, rasa sakit, dan penolakan dapat menimbulkan narasi yang menyimpang dan menyakitkan tentang diri sendiri.
Kebanyakan orang belajar sejak usia muda bahwa ada bagian dari diri mereka yang tidak dapat diterima, memalukan, atau sekadar “buruk”.
Ini akan memunculkan ego yang merasa selalu benar, hingga terus tertantang untuk membuktikan kebenaran kita walaupun kenyataannya hal tersebut merugikan diri sendiri.
Selama kita yakin diri sendiri atau orang lain tidak berharga, tidak peduli berapa banyak orang yang kita miliki dalam hidup, kita akan selalu merasa sendirian.
Standar Media Sosial dan Fenomena Masyarakat yang Hilang
Sangat sulit untuk benar-benar terhubung dengan orang lain ketika seseorang tertutup dan enggan mengungkapkan jati dirinya.
Selain itu, ada banyak faktor sosial lain yang berkontribusi terhadap kesulitan luar biasa dalam berhubungan secara emosional dengan orang lain.
Teknologi dan media sosial dianggap sebagai faktor utama dalam epidemi kesepian saat ini. Namun, penelitian masih beragam mengenai hal ini.
Orang lebih asyik menggunakan ponselnya daripada berinteraksi dengan lingkungan sekitar.
Standar hidup mengikuti apa yang ada di media sosial. Ini yang membuat banyak orang merasa seringkali kesepian.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif