Bacaini.ID, KEDIRI — Fenomena Grey divorce agaknya sedang melanda dunia. Perceraian pasangan di usia yang tak lagi muda, menjadi fenomena tersendiri.
Milyader dunia, Bill Gates dan istrinya Melinda French Gates yang secara resmi bercerai pada 2 Agustus 2021, menjadi salah satu pasangan yang menghebohkan dunia dengan perceraian mereka.
Buyarnya pernikahan pasangan yang telah puluhan tahun bersama pada usia 50 tahun lebih ini yang disebut dengan grey divorce.
Istilah ini merujuk pada kata ‘grey’, abu-abu, yang menjadi simbol alami dari usia matang. Secara harfiah merujuk warna rambut yang telah beruban.
Baca Juga: Kasus Perceraian di Indonesia Masuk 4 Besar ASEAN
Di Indonesia beberapa selebriti senior seperti Andre Taulany dan Ari Lasso juga menghebohkan publik dengan perceraian dari pasangan masing-masing di usia pernikahan yang sudah puluhan tahun.
Terkini, kabar perceraian mantan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan istri, Atalia Praratya, juga membuat publik terkejut karena selama ini dikenal sebagai pasangan harmonis.
Normalkah Bercerai di Usia Senja?
Dikutip dari Very Well Mind, sebuah studi tahun 2022 yang meneliti tren historis perceraian di usia tak lagi muda menemukan bahwa angka perceraian di kalangan orang dewasa paruh baya dan lanjut usia telah meningkat sejak tahun 1970.
Pada tahun 1990, 8,7% pernikahan di antara orang-orang berusia di atas 50 tahun berakhir dengan perceraian. Pada tahun 2019, angka tersebut telah meningkat menjadi 36%.
Baca Juga: Guru P3K di Blitar Pilih Menjanda daripada Bersuami Mokondo
Para peneliti juga mencatat bahwa orang berusia di atas 65 tahun adalah satu-satunya kelompok usia dengan tingkat perceraian yang meningkat. Sebaliknya, tingkat perceraian di kalangan orang dewasa berusia 20-an dan 30-an justru menurun.
Faktor lain yang meningkatkan risiko perceraian di usia lanjut adalah pernikahan sebelumnya dan lamanya pernikahan.
Pernikahan kedua cenderung tidak bertahan lama, dan orang yang telah menikah selama sembilan tahun atau kurang, lebih cenderung bercerai.
Namun, banyak pasangan usia 50 tahun ke atas yang berpisah setelah menjalani pernikahan selama beberapa dekade.
Menurut statistik dari Pew Research Center, 34% perceraian di usia lanjut terjadi antara pasangan yang telah menikah setidaknya selama 30 tahun, dan 12% terjadi antara pasangan yang telah menikah selama 40 tahun atau lebih.
Faktor yang Memengaruhi Grey Divorce
Beberapa faktor umum ditemukan dalam perceraian pasangan dewasa yang tak lagi muda.
• Empty Nest Syndrome
Atau Sindrom Sarang Kosong: kondisi psikologis dan emosional orang tua yang merasa sedih, hampa, kesepian, atau kehilangan saat anak-anak mereka mulai mandiri dan meninggalkan rumah untuk kuliah, bekerja, atau menikah.
Banyak pasangan yang ‘menggunakan’ anak sebagai ikatan. Ketika ikatan tersebut tidak lagi ada, pasangan menjadi tersadar bahwa mereka tidak lagi memiliki ikatan yang kuat secara emosional.
Atau merasa sudah tidak perlu lagi harus mempertahankan pernikahan karena anak-anak sudah besar dan memiliki kehidupannya sendiri.
• Masalah Keuangan
Pertengkaran soal uang bisa menjadi lebih intens ketika pasangan mendekati usia pensiun. Pemasukan yang semakin berkurang karena tidak lagi seproduktif masa muda, merasa dibohongi masalah keuangan seperti hutang rahasia yang akhirnya terbongkar dan lainnya.
Masalah finansial ini dapat memengaruhi stabilitas pernikahan jangka panjang.
• Perselingkuhan
Alasan paling umum dalam perceraian segala usia. Untuk pasangan yang sudah tidak lagi muda, biasanya telah terjadi perselingkuhan berkali-kali yang akhirnya meruntuhkan keinginan untuk mempertahankan pernikahan.
Rasa dikhianati dan maaf yang diberikan berulang, membuat lelah dan akhirnya memutuskan berpisah.
• Masalah Kesehatan
Masalah kesehatan seperti kondisi kronis yang serius dapat sangat membebani sebuah hubungan. Beberapa pasangan merasa tidak lagi sanggup bertahan mengatasi masalah kesehatan dalam pernikahan seiring bertambahnya usia.
Sebuah penelitian menunjukkan adanya kesenjangan gender dalam bagaimana masalah kesehatan memengaruhi pasangan. Studi melaporkan risiko perceraian lebih tinggi jika istri menderita penyakit kronis.
Sedangkan pria yang menjadi cacat atau sakit tidak menghadapi tingkat risiko yang sama.
Penulis: Bromo Liem
Editor: Solichan Arif





